Header Ads

[Serial Kemah Raya] 3# Gerimis Mengundang

[Diary Kemah Sangga Star Light Kelas X-2 SMANSA Ungaran]

===================================================================

Sesudah ishoma, acaranya wide game. Wuih, siapa sangka baru datang sudah langsung wide game? Masih capek, bo'!

Kami berusaha secepat mungkin menuju lapangan, karena enam sangga yang pertama datang bisa langsung berangkat. Sayangnya, persiapan sangga kami kalah cepat dibandingkan sangga lain. Belum urusan jas hujan yang baru ingat setelah sampai di lapangan.

Sambil menunggu panitia menyiapkan ujian untuk menentukan sangga yang berangkat berikutnya, Star Light melatih yel-yel yang belum dipersiapkan sebelumnya. Anin sangat antusias memimpin anggotanya. Yel-yel berbahasa Inggris itu hampir semuanya dinyanyikan Anin, yang lain hanya jadi backing vocal.

Ujian penentu pemberangkatan ini adalah semaphore. Aku sudah nyerah sebelum "perang". Terakhir kali ikut pramuka kelas enam SD, jadi semua pelajaran pramuka sudah kulupakan.

Hanum, yang dilihat dari tingkahnya sangat ahli dalam semaphore, memperhatikan dengan serius sambil menggenggam buku agenda Pramuka yang di dalamnya juga ada pembahasan semaphore. Tapi sepertinya dia sudah tidak membutuhkannya, karena dia melemparkannya padaku dan berlari menuju ke ruang yang lebih kosong di bagian agak kanan lapangan untuk memudahkan berlari ke sekretariat. Anggota yang lain menyusulnya.

Sisanya harus menebak kata yang disampaikan dalam semaphore. Aku nyerah, deh. Hebatnya, gerakan Kakak itu cepat sekali, tapi anak-anak lain bisa menjawabnya. Subhanallah.

Anak-anak lain juga hebat. Mereka bisa menangkap gerakan secepat itu, kemudian berlari ke atas ke depan sekretariat sambil menuliskan kata yang dimaksud di atas secarik kertas. Sepatu Anin sampai terlepas ketika dia berlari secepat mungkin membawa kertasnya.

Pada gilirannya, akhirnya kami berangkat. Tapi tidak sebelum Kakak Sangker di depan sekretariat membariskan kami dalam satu barisan untuk diberi pengarahan. Kami berempat belas berdiri berjejer membentuk barisan panjang.

Belum ada 50 meter dari bumper, gerimis mengundang. Sang gerimis hanya turun beberapa saat, digantikan hujan lebat yang membuat kami kedinginan di bawah jas hujan yang dipakai berombongan. Aku melepas rok Pramuka-ku sembari berjalan, di baliknya aku sudah memakai celana Kepanduan SMP, untuk memudahkan gerak.

Pos pertama adalah mushola. Basah, kedinginan, kami mengerjakan soal yang diberikan sampai kertasnya hampir sobek karena basah. Mana soalnya lebih ke pengetahuan umum, lagi! Misalnya, sebutkan presiden dan wakil presiden Indonesia sejak merdeka sampai sekarang! Trus ada berapa anggota Sangker dari kelas IPA, IPS, dan Bahasa?

Emang penting, ya?

Pantas tadi Anin ingin sekali mendata kelas para Sangker.

Pertanyaan paling kusuka adalah nomer dua sebelum terakhir, "Apa bedanya kucing dengan kucring?"

"Kalau kucing nggak pakai 'r', kalau kucring pakai 'r'," aku mendengar suara anak laki-laki di dekat kami yang rupanya juga sedang membaca soal yang sama.

Aku tertawa. Pertanyaan itu bukan pertanyaan baru buatku, sejak kecil Bapakku sudah sering melontarkan tebakan ngaco seperti itu. Tebakan itu sudah akrab denganku sejak SD, kalau bukan kelas empat ya kelas lima. Jawabannya, “Kucing kakinya empat, sedangkan kucring kakinya emprat.”

Pos kedua, salah satu rumah penduduk. Yang harus kami lakukan adalah memecahkan sandi waktu. Sandi yang mudah, hanya saja ada kejanggalan pada kalimat terakhir. Kami berusaha mengepaskan dengan kata sebelumnya, yang bisa menjadi kalimat yang baik dan benar, tapi sepertinya soalnya yang salah.

Ataukah hanya jebakan Sangker saja?

Dari soal itu, kami harus menyimpul tali temali dan membuat drug-bar, tapi hujan menyelamatkan kami. Kami melanjutkan perjalanan tanpa harus melaksanakan perintah itu.

Jalan berikutnya tidak terlalu berbahaya. Sempit, memang, dan karena hujan, tanahnya cukup licin. Bukan seperti lagunya Ninja Hatori, "Mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera..." Di samping kanan-kiri jalan setapak ini hanyalah tanaman-tanaman liar. By the way, lirik terakhir bait pertama lagu Ninja Hatori ini ada benarnya juga, "...bersama teman bertualang..."

Soal di pos ketiga adalah rescue: apa yang akan kami lakukan jika adik kami yang lucu dan imut mengalami kecelakaan?

Inti jawaban kami adalah, ditolong sendiri dulu sebisa mungkin, tapi kalau benar-benar parah, dibawa ke rumah sakit. Jawaban asal yang diberikan sekenanya dan senalarnya. Yang penting segera jalan.

Di pos keempat, salah satu kakak laki-laki yang jaga berkomentar, "Banyak banget, anggotanya."

"Empat belas anak," jawab kami. Tuh Kakak geleng-geleng.

Di pos ini, kami disuruh membuat kreasi apa saja dengan bahan-bahan yang disediakan alam, tanpa merusak tanaman milik warga. Kami berempat belas sibuk mencari bunga-bunga liar kecil-kecil yang menghampar bermekaran. Tiba-tiba Tandya memanggil kami. Topi pramuka di kepalanya dihiasi dengan rangkaian daun dan rumput liar yang melingkar seperti mahkota. Teman-teman sangganya yang lain hanya tinggal menambahkan bunga-bunga yang kami kumpulkan sebelum menunjukkannya pada Kakak penjaga. Karya itulah yang menjadi “tiket” masuk ke bumper.

Kata Mbak Alfitri, pengampu X-2, kami adalah sangga yang anggotanya paling banyak, tapi termasuk 10 sangga pertama yang sampai ke barak. Meski demikian, kami kurang puas hanya mendapat nomer enam!

No comments

Powered by Blogger.