Header Ads

[Serial Kemah Raya] 10# Siraman

[Diary Kemah Sangga Star Light Kelas X-2 SMANSA Ungaran]

===================================================================


Acara sesudah bersih-bersih barak adalah game. Lagi-lagi X-1 dan X-2 digabung. Game pertama nggak seru: tiga anak suruh berdiri di atas koran tanpa menyentuh tanah, nggak jelas suruh ngapain.

Game kedua lebih seru: pecah balon. Enam anak diikat jadi satu pakai rafia, mereka berbekal ember. Satu anak lagi berdiri beberapa meter dari anggota timnya untuk melempar balon yang diisi air, tapi dengan posisi membelakangi. Satu tim diberi kesempatan melempar lima balon. Pemenangnya adalah tim yang berhasil menampung paling banyak air di embernya.

Novian ditunjuk jadi pelempar bola dengan alasan dia anak basket. Sayang, kami yang maju pada giliran pertama ini langsung kalah telak. Nggak telak amat, sih.

Giliran berikutnya, aku mendukung X-7. Kenapa? Di sana ada Ferdi. Aku mendukung kelasnya bukan karena aku suka sama anak Bandung ini, tapi karena dia satu-satunya teman se-SMP yang melanjutkan ke SMA yang sama dengaku, sedangkan aku sangat mencintai SMP-ku.

Kelas X-7 berhasil maju ke babak berikutnya. Nggak tanggung-tanggung, lima bola yang dilempar si Ferdi berhasil ditangkap semua oleh timnya.

Babak final berakhir dengan kemenangan di tangan X-7.

Pada upacara penutupan, diadakan juga pendadaran kami sebagai penegak tamu ke penegak calon. Salah satu “ritual”nya, ada juga acara siraman air pakai kembang. Sebelum upacara benar-benar mulai, aku mendengar selorohan anak X-8, “Kalau mau siraman, biar aku aja yang nyiram. Langsung byur, nggak pakai lama.”

Aku dan Hanif tak berhasil menahan tawa. Tawa kami meledak.

Dina dan beberapa anak lain minta sama Bu Ida, yang bertugas menyiram kami, biar disiram dikit aja. Tapi justru karena permintaan itu, mereka dapat jatah dua kali lipat dari yang lain. Anak-anak lain hanya setengah gayung, mereka dapat satu gayung penuh. Aku sendiri, airnya hanya membasahi sebagian kecil jilbabku bagian belakang.

Oya, sebelum upacara siraman (yang jadi bahan ejekan anak-anak, “Emang kita mau nikah sekarang?), panitia mengumumkan pemenang semua lomba. Sangga putri terbaik sangga Kepik dari X-8 (yang putra nggak tahu), lomba tarik tambang aku juga lupa, lomba dengan koran itu nggak kalah lupanya, lomba pecah air X-7, dan pemenang pensi...

Kebanyakan anak mengira Imersi-lah pemenangnya. Tapi ternyata imersi tidak diikutsertakan lomba, karena kami merupakan gabungan dari dua kelas. Kami hanya sebagai “penggembira” saja. Jadi, pemenangnya X-8.

Tapi Imersi tidak terlalu kecewa. Justru karena kami “terlalu” baik, kami “didiskualifikasi” dari lomba. Kalau tidak digabung, malah kami tak berarti apa-apa.

Truk pertama yang membawa anak-anak X-1, X-2, dan X-3 kembali ke sekolah kali ini jauh lebih lowong (?) daripada ketika berangkat. Sebagian anak dijemput orang tuanya. Beberapa anggota Sangker dan DA ikut menumpang truk kami.

Anin pulang naik motor bersama Fatta. Mereka tertawa lebar ketika motor Anin ngebut dan menyalip truk kami. Mereka berhenti di depan rumah Anin, hanya tak jauh dari terminal Sumowono. Anak-anak yang naik truk berkomentar, “Oo... jadi itu rumah Anin.”

Dalam perjalanan kali ini, Candra mengeluh pusing. Mbak Fiki menyuruhnya pindah ke bagian depan bak. Di sana PMR mengurusnya sebentar, kemudian dia didudukkan di bawah beralaskan tikar, ditemani Mbak Alfitri.

Sebelumnya Fitri sempat menggamitku, “Lil, tuh dipijetin.”

Tapi Candra sudah ada yang mengurus. Aku malah asyik memijat Lolita. Fitri “mengiklankan” pijatanku ini pada Mbak Fiki, “Dia tuh pinter mijetin, Mbak. Masa to, pas jerit malam aja dia sempet-sempetnya mijitin aku, ik.”

Ternyata yang iseng kupijit itu Fitri. “Ya, buat ngecek aja siapa yang di depanku.”

“Kalau aku,” kata Mbak Fiki, “biar tahu siapa di depanku, aku tampar sekalian.”

Whatz?!?!?! :-)

Akhir kata, aku cuma mau menambahkan, “Tiring but interesting.”

No comments

Powered by Blogger.