Header Ads

Tips Ikut Aksi

Buruh, tani, mahasiswa, rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Gegap gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia

Lagu khas aksi tersebut terngiang kembali di benak belakangan ini. Dengan isu utama naiknya harga BBM, serta banyak ketidakadilan dan kezaliman lainnya, berbagai kalangan mulai kembali turun ke jalan.

Sedih juga rasanya, saya tidak bisa ikut turun, padahal dulu, kalau ada seruan aksi, saya paling... belakang! Hihi, enggak juga, ding! Kalau ikut aksi, saya bisa ada di posisi mana saja: kadang di depan berhadapan langsung dengan barisan polwan, kadang di tengah (biasanya saat long march, saking banyaknya massa), kadang juga di belakang mengawasi barisan, sering juga di luar barisan buat foto-foto (buat dokumentasi organisasi, ya, bukan buat selfie, wkwk) atau ditembak buat orasi! Haha...

Saya cukup beruntung bahwa selama ikut organisasi mahasiswa, saya ditempatkan di departemen yang bersinggungan langsung dengan aksi. Jadi, dalam segala konsolidasi dan pembahasan isu, saya hadir, sehingga ketika turun langsung ke jalan, kepala tidak kosong dari tujuan dan tuntutan aksi.

Akan tetapi, bagaimana kalau kita bukan merupakan bagian dari penyelenggara atau penggerak aksi, sehingga tidak diajak merumuskan keputusan strategis yang akan dibawa dalam aksi?

Berikut saya bagikan sedikit tips berdasarkan pengalaman, baik pengalaman saya sendiri maupun pengalaman teman-teman lainnya.

1. Luruskan niat

Kamu boleh datang aksi atas ajakan teman. Kamu boleh ikut aksi untuk cari pengalaman. Tapi kamu juga harus tahu, apa tujuan utama aksi?

Menyampaikan pendapat? Tentu saja.

Tapi ada yang lebih besar daripada itu.

Karena Allah. Karena Allah menyuruh kita menghentikan kezaliman dengan kemampuan kita. Jika kita mampu mengubahnya dengan berada di dalam kekuasaan, lakukan! Jika kita hanya rakyat biasa yang tidak punya akses langsung ke kekuasaan, kadang aksi menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan aspirasi.

Keberlangsungan aksi tidak bergantung pada jumlah massa, tapi jumlah massa yang besar kadang bisa menunjukkan kekuatan dan kesolidan pendukung atau penentang sebuah isu. Dengan ikut aksi, setidaknya kita berpartisipasi dalam menambah jumlah massa tersebut. Posisi kita yang kadang tak penting ini bisa jadi bernilai besar di mata Allah.

Jadi, jangan sampai ikut aksi hanya karena ingin bolos kuliah, ya. Ada tujuan yang lebih penting daripada itu.

2. Pelajari isunya

Kita mungkin bukan ahli dalam isu yang diangkat, tapi setidaknya kita bisa cari tahu gambaran isu yang dibawa. Rajin-rajinlah update berita. Jangan sampai kita ikut aksi, tapi enggak tahu isu apa yang diangkat. Ikut aksi dengan tema kenaikan BBM, eh, kamu malah berteriak, "Ganyang Malaysia!" Kagak nyambung, bro!

Setelah tahu isunya, pastikan kamu ada di pihak yang mana: pro atau kontra. Setuju harga BBM naik atau tidak? Jangan sampai kamu salah ikut aksi: maksud hati ingin menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM, tapi kamu asal saja ikut aksi yang ada, tak tahunya aksi yang kamu ikuti sedang mendukung kenaikan harga BBM.

Meski begitu, ada kemungkinan satu aksi membawa lebih dari satu isu sekaligus. Misalnya, selain mengusung tema kenaikan harga BBM, aksi tersebut juga menyoroti penegakan hukum yang lembek.

Biasanya, penyelenggara aksi akan mencetak pernyataan sikap mereka untuk dibagikan kepada wartawan. Kamu boleh minta salah satu kopinya untuk lebih memahami isu yang diangkat.

3. Kenali penyelenggara aksi

Meski mengangkat isu yang sama, belum tentu beberapa aksi mengusulkan solusi yang sama untuk sebuah masalah. Perkara kenaikan BBM saja, misalnya, ada yang hanya menuntut agar harga diturunkan, ada yang menuntut agar pemegang kebijakan terkait diganti, ada yang mengusulkan agar dana proyek lain dialihkan untuk subsidi, dan sebagainya.

Selain itu, metode aksi yang diselenggarakan juga beragam. Ada juga yang menempuh jalan aksi damai, berupa long march, orasi, dan pertunjukan teatrikal. Ada juga yang kebablasan dengan melempari gedung dengan batu.

Asal ikut aksi bisa jadi membawamu kepada aksi yang solusinya tidak cocok dengan gagasanmu. Belum lagi, ternyata aksi yang kamu ikuti berpotensi besar memancing kerusuhan.

Kamu bisa cek riwayat organisasi tersebut selama menyelenggarakan aksi, apakah biasanya aksi yang mereka jalankan damai atau rusuh, atau kalaupun rusuh, seberapa besar kerusuhan itu. Selain riwayat organisasi, kamu bisa menilai pula melalui orang-orang yang terlibat di dalamnya.

(FYI, kadang ada aksi yang tampaknya sedikit ricuh dengan dorong-dorongan, ternyata itu hanya settingan untuk menyemarakkan aksi; selesai aksi, massa berjabat tangan hangat dengan para polisi yang menjaga. #pengalaman)

Bagaimana kalau kamu masih mahasiswa baru dan belum mengenal banyak tentang organisasi di kampus, baik yang intra maupun ekstra?

Tanyakan pada teman atau kakak tingkat yang kamu kenal dan kamu percaya. Googling aktivitas-aktivitas mereka. Untuk kampus, biasanya lembaga yang cukup dipercaya adalah BEM Seluruh Indonesia (BEM-SI) yang merupakan kumpulan BEM-BEM se-Indonesia.

Cari tahu juga tentang tokoh-tokoh aksi, entah itu penanggung jawab, korlap, bahkan oratornya. Dalam aksi mahasiswa, biasanya setiap pimpinan organisasi dapat giliran jadi orator. Dalam aksi yang lebih besar seperti aksi solidaritas, dalam selebaran biasanya sudah dituliskan tokoh-tokoh publik terkenal yang akan berorasi. Ini bisa membantu memetakan arah gerak dan kebijakan yang diusulkan dalam aksi tersebut.

4. Bawa atribut pengenal

Atribut pengenal bisa berupa jas almamater, jaket organisasi, slayer, atau yang lain yang ditentukan oleh penyelenggara aksi. Tujuannya untuk mengidentifikasi massa sungguhan dengan penyusup.

Dalam aksi dengan massa yang cukup besar, mustahil untuk mengenali semua orang. Peserta bisa saja mahasiswa kampus A, mahasiswa universitas B, anggota organisasi C. Tanpa atribut khusus yang telah disepakati, bisa saja tiba-tiba ada orang di luar lembaga A, B, atau C tersebut ikut masuk dalam barisanmu dan mengacaukan aksi. Niatnya aksi damai, ujung-ujungnya chaos. Isu yang dibawa jadi tenggelam oleh berita kericuhan aksi. Orang-orang yang tak bersalah bisa ditangkap atau kena peluru nyasar.

Tentu saja ini tidak meniadakan penyusup sepenuhnya, tapi setidaknya ini bisa meminimalkan dampak keberadaan penyusup. Nah, kalau kamu lupa bawa atribut ini, jangan-jangan kamu sendiri yang disangka penyusup. Trus, malah ditendang dari barisan.

Tak menutup kemungkinan di satu tempat dan waktu yang sama ada lebih dari satu kelompok massa aksi. Isunya bisa berbeda, tapi bisa juga sama, hanya saja tidak dikoordinasi bersama. Atribut pengenal bisa memastikan kamu masuk ke barisan yang benar.

5. Jangan pergi sendiri

Pastikan setidaknya ada satu atau dua teman yang kamu kenal dalam barisan aksi tersebut. Selain menghindarkanmu dari tuduhan penyusup, diharapkan kamu dan temanmu bisa saling melindungi bila terjadi sesuatu. 

Kecuali kamu sudah memercayai orang-orang di sekitarmu, jangan sampai kamu terpisah dari teman-teman yang mengenalmu itu.

6. Bertanggung jawab

Ikut aksi bukan berarti melupakan kewajiban. Dalam aturan perkuliahan, biasanya ada jumlah minimal kehadiran, misalnya 75%, supaya bisa ikut ujian. Kalau dalam satu semester ada 12 kali pertemuan, berarti kamu cuma boleh bolos maksimal 3x dalam setiap mata kuliah. Jangan sampai, karena keasyikan aksi, kamu jadi enggak bisa ikut ujian semester.

Dosen saya dulu pernah bilang, "Kalian punya jatah bolos tiga kali, gunakan sebaik mungkin." Wkwkwk.

Artinya, kalau memang kita niat mau ikut aksi beberapa kali, jangan pernah bolos untuk hal-hal lain yang enggak penting. Jangan juga mengakalinya dengan titip absen, nanti malah aksimu jadi enggak berkah.

Dari awal kita niatkan ikut aksi karena Allah, maka sampai aksi selesai juga kita niatkan karena Allah, untuk mencari ridha-Nya. Oke?

No comments

Powered by Blogger.