[Buatan AI] Perempuan Misterius (2)
Ini lanjutan dari cerita sebelumnya. Cerita ini merupakan hasil "perbuatan" AI (ChatGPT). Saya hanya memberikan alur besarnya cukup detail, dan AI yang membuatkan naskah lengkapnya. Ada beberapa bagian yang perlu saya minta revisi beberapa kali.
Asyik juga membaca cerpen yang ditulis secara cepat dengan alur yang kita pilih sendiri, hehe. Secara umum, sebenarnya AI hanyalah sarana untuk memantik gagasan dari ide dasar. Kita manusialah yang harusnya memanfaatkan pancingan tersebut untuk berkreasi secara lebih orisinal.
Tapi, berhubung saya sedang kehabisan stok ide, saya meminta AI menuliskannya secara utuh. Jika ada kesempatan, saya ingin mengembangkannya dengan kata-kata yang saya pilih sendiri, tentunya.
Selamat membaca!
Gambar di-generate dari designer.microsoft.com/image-creator |
Bagian 3
Hari demi hari berlalu, aku tak pernah lagi menyapanya. Aktivitas harian seperti biasa, aku masih sesekali mengantar snack di sela-sela kajian ba’da Magrib. Tak ada interaksi lain antara aku dan perempuan itu. Ketika aku mengantar snack, perempuan itu mengucapkan terima kasih dengan pelan seperti biasa, seolah kami tak pernah berkomunikasi.
Suatu malam, kajian berlangsung seperti biasa di antara waktu Magrib dan Isya. Jamaah duduk khusyuk mendengarkan penjelasan ustaz tentang tafsir salah satu ayat Al-Qur'an. Perempuan itu, seperti biasa, duduk di pojok saf wanita. Namun, di tengah kajian, aku yang sedang memeriksa kesiapan untuk mengantarkan snack melihat keributan kecil dari saf wanita.
“Ada apa?” bisik seorang jamaah pria yang juga mulai memperhatikan.
“Sepertinya ada yang pingsan,” jawab ibu-ibu dari saf depan dengan nada panik.
Aku segera bergerak ke arah keributan itu. Beberapa ibu-ibu terlihat membopong tubuh perempuan yang sudah tak sadarkan diri. Ketika aku mendekat, jantungku seolah berhenti. Itu dia, perempuan yang selama ini rutin datang ke masjid dengan gamis hitam dan jilbab putih. Wajahnya pucat, dan tubuhnya lunglai.
“Cepat, kipas angin! Tolong kipas dulu sementara,” kata salah satu ibu-ibu, mencoba memberikan pertolongan pertama.
“Sepertinya dia butuh bantuan medis. Kita harus bawa ke rumah sakit sekarang,” ujar seorang bapak yang berdiri di dekat pintu masjid.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil keputusan. “Kita pakai mobil operasional masjid saja. Saya yang bawa. Cepat bantu angkat dia ke mobil.”
Dengan sigap, beberapa jamaah pria dan ibu-ibu mengangkat tubuh perempuan itu ke mobil. Seorang bapak dan tiga ibu-ibu turut serta dalam perjalanan menuju rumah sakit. Suasana di dalam mobil dipenuhi kecemasan. Aku mencoba tetap tenang meski hatiku diliputi kekhawatiran. Aku memacu mobil dengan hati-hati tetapi cepat, berdoa dalam hati agar perempuan itu segera mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.
Sesampainya di rumah sakit, perempuan itu langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Aku menunggu bersama yang lain, perasaan cemas tak kunjung reda.
Plotnya makin naik O.O
ReplyDelete