Header Ads

Rezeki Turun dari Langit


Baru awal bulan ini ngobrol sama Ovi, soal keinginan terhadap buku Sarah: Perempuan Penggenggam Cinta tulisan Sinta Yudisia. Nanti deh, di bawah dijelasin kenapa segitu inginnya aku sama buku satu ini. Ovi sih udah punya bukunya, trus dia update di status Whatsapp tentang buku itu, jadi sebenernya aku doang yang pengin, haha....

Sedihnya, jatah beli buku untuk bulan ini udah habis. FYI, biasanya buat beli buku itu dianggarkan sebagian dari gaji tiap bulan. Praktiknya sih nggak setiap bulan bisa beli buku, kadang ada kebutuhan lain yang memakan anggaran buku. Nah, untuk Desember ini, aku udah menghabiskan jatah pembelian buku itu, jadi rada-rada miris harus menunda beli buku yang satu itu. Apalagi Ovi habis itu kirim foto buku-buku serupa, seperti Hajar: Perempuan Pilihan Langit dan Aminah: Permata Padang Pasir.

Belum lagi kabar kalau mau ada Islamic Book Fair alias IBF dalam Desember ini. Duh! Ovi sampai menuliskan doa, "Semoga ada rezeki turun dari langit."

Dalam bayanganku, ketika membalas dengan doa serupa, "Semoga dimudahkan rejekinya kita," adalah tahu-tahu ada segepok uang yang tiba-tiba dihibahkan buatku (dan Ovi) supaya buku-buku di atas bisa terbeli. Bukankah Allah berjanji, akan mendatangkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka?

Tapi rupanya pikiranku masih mempersempit definisi rezeki berupa uang. Padahal, rezeki itu bisa berupa banyak hal. Termasuk kejadian yang mengikuti obrolanku dengan Ovi.

Tiga hari setelah percakapan kami, aku sedang berselancar di Facebook ketika melihat Bunda Sinta Yudisia bagi-bagi buku Sarah dengan cuma-cuma. Well, tentu dengan prosedur yang harus dipenuhi. Dan... qadarullah bahwa beliau akhirnya memilihku sebagai salah satu penerima give away buku Sarah.

Allahu akbar, ini beneran rezeki nomplok! Lagi pengin sesuatu dan tahu-tahu sesuatu itu diberikan gratis... well, it's just... Allah The Provider, ar-razzaaq. Masih mau meragukan janji Allah?

Alhamdulillah, jazakillahu khairan katsiiran, Bunda Sinta.... Apalagi packaging-nya juga unik, pakai kertas kado. (Pengalaman, kalau belanja online atau dapat give away, dibungkusnya pakai kertas cokelat, hehe....) Di samping itu, ada pesan juga dari Bunda Sinta untuk saling mendoakan. Insyaallah, Bunda....

* * *

Baiklah, ini sebab ketertarikanku pada buku Sarah, dibandingkan buku-buku yang dikirimkan fotonya oleh Ovi melalui chat-nya, yang mencakup Sarah, Hajar, Aminah, Khadijah, dan Aisyah. Mungkin karena sudah banyak buku yang membahas ketiga tokoh yang sezaman dengan Rasulullah itu, sedangkan kisah Hajar hampir selalu diulang setidaknya tiap tahun saat Idul Adha karena posisinya sebagai ibu Nabi Ismail. Meskipun, tentu saja, selalu ada ibrah yang bisa diambil setiap kali mencermati shirah mereka.

Sedangkan Sarah... sejauh yang kutahu, kisahnya tidak dituliskan sebanyak keempat wanita di atas. Kalaulah diceritakan, seringnya mengaitkannya sebagai penyebab Hajar dan Ismail "diasingkan" di tengah gurun yang belakangan menjadi kota Mekah. Atau setidaknya, kisah beliau yang di usia tuanya, akhirnya dikaruniai Allah dengan kabar kelahiran Nabi Ishaq. Padahal, kalau ditelusuri lagi, di antara 25 nabi dan rasul yang kita kenal, sebagian besarnya merupakan keturunan Sarah. Sehingga, seperti yang ditulis pada ringkasan di bagian belakang buku, Sarah adalah "sosok mulia yang dihormati oleh tiga agama samawi sekaligus." Tentu akan sangat menarik membahas beliau dari sudut itu, ketimbang mengulang-ulang kecemburuannya pada Hajar yang dikaruniai anak terlebih dahulu, yang bahkan mungkin hanya sepersekian persen pengaruhnya dalam peradaban yang bermula dari ketiga tokoh ini.

Oke, saatnya membaca dan menyelami shirah Bunda Sarah.


2 comments:

Powered by Blogger.