Header Ads

The Secret(ary)

"Ver, jadi sekdep ya?" kata Ilham.

"Sekdep? Tapi kan saya masih baru di sini," Verisa berusaha menolak.

"Kamu kan di SMA udah sekretaris OSIS, pasti di sini juga nggak akan terlalu asing dengan tugas-tugas kesekretariatan."

"Ya, insya Allah saya siap."

Sejak hari itu, Verisa resmi menjadi Sekdep Pengabdian Masyarakat BEM Fakultas, dengan Ilham sebagai Kadep.

* * *

Suara Rizal, Kadep Syi'ar, menembus hijab, "Presensinya mana, Ukh Novi?"

"Afwan, Ukh Novi sendiri nggak datang," terang Verisa.

"Kalau begitu, minta tolong salah satu akhwat bikin presensi dong," kata Rizal tegas.

Verisa dongkol juga. Akhwat yang datang cuma dia sendiri. Si Novi entah ke mana, Nuris masih ada kuliah tambahan. Mau tidak mau, dia yang harus mengerjakan tugas yang seharusnya milik sekretaris Departemen Syi'ar Rohis Jurusan.

* * *

Verisa turun dari angkot tergesa. Syuro di mushola jurusan, dia sudah telat satu jam. Barusan sibuk memburu narasumber untuk berita The Flash, buletin kampus.

"Afwan, telat," bisiknya pada Ririn begitu sampai di tempat syuro akhwat. "Udah dapat hasil apa aja?"

"Kepanitiaan maulid Nabi, kamu sekretarisnya," jawab Nuris.

"Kok sekretaris?"

"Kan pesanmu, ditempatkan di mana aja boleh asal bukan bendahara atau sie konsumsi," ujar Nuris sambil nyengir melihat Verisa melotot kepadanya. Verisa sendiri menyiapkan mental untuk ribet dengan urusan kesekretariatan yang sering bikin stres itu.

* * *

"Ukh, ternyata LCD nggak bisa pinjam ke jurusan," tulis Danu dalam SMS. "Bisa minta tolong buatin lagi surat peminjaman untuk ke jurusan lain?"

"Harus jadi kapan?"

"Sore ini bisa diambil?"

"Ya, insya Allah."

Laptop di atas meja sudah menyala sejak semalam. Verisa membuka file surat peminjaman, yang ternyata lama bukan main untuk bisa membuka satu file saja. Ditinggal masak mie pun, kursor di layar masih menandakan proses sedang berjalan. Tak sabar, dia menekan tombol Ctrl, Alt, dan Del secara bersamaan. Start Task Manager.

"Allahu akbar," keluh Verisa. Laptop itu malah hang. Sudah hampir mendidih, Verisa mencabut baterai laptop dan menyalakan ulang. Meski ternyata memakan waktu lebih lama, dia bersyukur setidaknya tak ada file yang hilang akibat perlakuan kasarnya tersebut.

* * *

Sementara panitia lain mondar-mandir mengurusi acara, hanya Verisa yang sejak awal standby di satu tempat. Sejak datang, dia nyaris tak beranjak dari mejanya di ruang panitia, mengurus sertifikat peserta. Format sertifikat yang dibuat oleh Sie Acara baru diserahkan padanya hari ini. Belum lagi peserta talk show dan lomba-lomba dalam rangka Maulid Nabi ini banyak sekali.

"Akh, kertas sertifikat masih kurang banyak sekali," katanya ketika Argan,sang ketua panitia, mengecek ke dalam ruang panitia.

"Kurang berapa?"

"Peserta talk show ada 100, untuk lomba 50 orang. Masih kurang 50 lembar, nih."

Tanpa kata, Argan segera keluar. Verisa sendiri kembali melanjutkan mengetikkan nama-nama peserta di atas background format sertifikat. Setengah jam kemudian, Danu dari Perkap masuk dan membawakan tambahan kertas sertifikat.

"Ukh, dapat pesan dari Sie Acara," kata Danu. "Pembicara ternyata mengajak seorang kawannya untuk duet mengisi acara. Bisa minta tolong dibuatkan sertifikat lagi?"

Verisa menghembuskan napas keras. Sekuat tenaga dia menahan diri untuk tidak mengeluh.

* * *

Kepuasan panitia sebuah kegiatan adalah ketika acara itu berhasil dalam pelaksanaannya, ditentukan dengan berapa persen dari target yang bisa dicapai. Panitia talkshow tersebut tersenyum puas mengetahui bahwa kerja keras mereka tidak sia-sia.

Meski begitu, pekerjaan tidak selesai ketika acara usai. Mengurusi LPJ adalah amanah terakhir sebelum semua benar-benar tuntas. Dan ini salah satu yang paling berat.

"Evaluasi kegiatan yang belum masuk: Sie Acara, Sie Konsumsi, Sie Perijinan, Sie Perlengkapan. Oya, Sie Pubdekdok juga belum menyerahkan foto kegiatan," lapor Verisa pada Argan.

"Segera diselesaikan, Ukh," singkat saja komentar Argan. "Lusa kalau bisa harus sudah jadi."

Verisa geram. "Kalau begitu, tolong sampaikan pada semua sie tadi untuk segera mengumpulkan pekerjaan mereka. Tugas sekretaris sebatas menuliskan, mengenai materi tulisan, itu tugas semua sie yang lain!"

Bukan tanpa alasan Verisa geram begitu. Pada saat yang bersamaan, sekretaris BEM menagih LPJ trimester dari semua departemen. Format LPJ baru disosialisasikan kemarin, tapi LPJ sudah harus diserahkan tiga hari lagi.

Seolah masih belum cukup, Rizal menambah job yang harus dilaksanakannya.

"Ukh, tolong buat rekap presensi syuro kita selama ini. Syuro sebukan ini kan antum yang membuat presensi tanpa kehadiran Ukh Novi, jadi ana minta tolong antum yang rekap ya."

"Deadline kapan?" tanya Verisa.

"Masih minggu depan, sih."

Masih minggu depan... tapi itu waktu yang singkat sekali buat Verisa dengan semua amanah ini. Belum lagi laporan interview yang harus segera diserahkan pada Pemred The Flash. Laporan itu sudah dalam bentuk berita. The Flash terbit tanggal 15 setiap bulan, dan ini sudah tanggal 10.

Dalam kondisi seperti ini, Verisa rindu sekali dengan sujud dalam shalat. Rindu dengan tilawah. Sayang, Allah sedang menguji imannya dengan memberinya cuti shalat sejak kemarin. Membuat emosinya semakin labil saja, sehingga makin mudah pula dia meledak. Hanya dzikir ma'tsurat yang menjadi andalannya dalam kondisi seperti ini.

Sudah dua hari Verisa tidak makan nasi. Hanya roti dan susu yang masuk ke perutnya, itu pun hanya pagi hari sebelum kuliah sampai siang. Di luar waktu kuliah, Verisa nyaris tidak istirahat mengerjakan tugas-tugas kesekretariatannya. LPJ kegiatan maulid Nabi selesai, Verisa beralih ke LPJ bulanan departemen yang baru separo selesai. Kalau sedang pusing menghadapi timeline proker, Verisa akan beralih mengerjakan laporan interview.

Dengan mata pedih karena beberapa hari terakhir ini selalu lembur, Verisa berusaha menyelesaikan rekap presensi syuro Departemen Syi'ar, satu-satunya amanah yang belum disentuhnya. Jam di sudut kanan bawah laptopnya menunjukkan pukul 22:14. Mendadak saja, perutnya terasa perih bukan main. Teringat apa yang dimakannya dua hari ini, Verisa tahu maag-nya kambuh lagi.

Diambilnya botol obat maag-nya, berharap bisa menetralkan asam di lambungnya. Tapi perih itu tidak berkurang. Verisa menatap teman sekamarnya yang tertidur pulas. Rasanya sungkan untuk membangunkannya, apalagi sekadar memberitahunya bahwa maag-nya kembali menyerang. Teman-teman lain satu kontrakan juga sudah menutup pintu kamar mereka.

Tinggallah Verisa sendiri yang masih terjaga, berjuang menahan rasa sakit di lambungnya. Setelah beberapa lama, dia menyerah, memutuskan untuk tidak menyelesaikan rekap itu malam ini juga. Hanya bergulingan di tempat tidurnya sambil berdebat sendiri dalam pikirannya.

Kenapa banyak sekali amanahku sebagai sekretaris pada waktu yang bersamaan? Seharusnya aku hanya sekretaris di satu tempat, tapi di tempat lain mereka memberiku amanah ini. Allahu Rabbi, seandainya niat ini bukan karena-Mu, mungkin aku sudah drop dari awal. Semoga aku ikhlas dengan semua amanah ini. Ya Allah, sungguh Engkau tak pernah ingkar janji.

* * *

Pagi ini, Verisa merasakan badannya lemas sekali. Agak merasa panas juga di dahinya. Dia memutuskan untuk izin kuliah sekali ini saja.

HP di sebelahnya bergetar. SMS dari Rizal masuk.

"Assalamu'alaikum. Ukh, rekap sudah jadi?"

Dengan tangan bergetar, Verisa membalas, "Afwan, Akh, sepertinya saya nggak bisa menyelesaikan rekap itu. Kemarin saya sudah minta Ukh Nuris yang menyelesaikannya."

Ya, Verisa memang sudah memberi tahu Nuris apa yang terjadi padanya.

"Kamu juga aneh," tegur Nuris. "Udah tahu kerjaanmu lagi banyak-banyaknya, kenapa terima tugas rekap presensi syuro?"

Verisa cuma meringis, "Trus siapa lagi yang bisa gantiin aku?"

"Kamu kan bisa minta tolong sama aku. Emang aku nggak dianggap anak Syi'ar juga?"

Lagi-lagi Verisa hanya nyengir.

"Udah gitu, kamu makan nggak teratur. Kalau kamu sakit gini, amanahmu juga terbengkalai, kan?"

Wajah Verisa yang pucat karena sakit menjadi cerah melihat Nuris mengeluarkan makanan dari tasnya.

"Nih, dimakan. Awas kalau kamu sampai maag lagi gara-gara makan nggak teratur."

Tapi bukan hanya karena melihat makanan dari Nuris saja yang membuat ekspresi Verisa menjadi cerah. Hal lain yang lebih membahagiakan hatinya adalah bahwa sakitnya terbayar dengan hasil kerjanya yang baik. Walaupun masih ada yang ngganjel di hatinya karena satu amanah terbengkalai dengan sakitnya.

=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=

dedicated to:
1. both my kadep whose secretary is me
2. all secretaries
3. me myself (hope this story can be a motivation for me, so that I can fulfill my job well)

No comments

Powered by Blogger.