Hasil Tidak Mengkhianati Usaha
Sering dengar ungkapan "hasil tidak mengkhianati usaha"? Atau malah "usaha tidak mengkhianati hasil"?
Dua ungkapan yang kadang sering terbolak-balik ini membawa saya membuat kuis di Story Instagram. Hasilnya, alhamdulillah, sudah banyak yang benar. Teman-temanku pintar-pintar, rupanya. Hehe....
Mana yang lebih dulu, usaha dulu atau hasil dulu?
Kalau usaha tidak mengkhianati hasil, berarti apa pun usaha yang kita lakukan, itu sesuai hasil yang (akan/sudah?) diperoleh. Jadi, usaha kita tergantung dapat hasil seperti apa. Kalau hasilnya baik, kita (baru akan) mengusahakan yang baik. Kalau hasilnya jelek, kita (ikut-ikutan) berbuat yang jelek.
Sebaliknya, kalau hasil tidak mengkhianati usaha, berarti apa pun yang kita dapat, tergantung usaha yang kita lakukan. Kita melakukan usaha dulu, baru kemudian dapat hasil yang selaras dengan usaha itu.
Eh, tapi kok ada yang sudah usaha mati-matian, hasilnya tidak sesuai yang diharapkan? Bahkan, hasilnya berkebalikan dengan logika usaha yang sudah kita lakukan. Udah belajar mati-matian, dapat nilai jelek. Udah kerja keras banting tulang, masih juga miskin. Nah, lo, kenapa?
Kalau kejadian seperti itu, berarti kita masih menilai "hasil" itu tak lebih dari materi. Sekadar hasil duniawi.
Coba kita ubah pandangan tentang "hasil" itu menjadi sesuatu yang lebih maknawi. Walau kita tidak mendapat hasil yang "sejalan" dengan usaha, kita tetap memperoleh hasil yang lebih baik. Kita mendapatkan pelajaran tentang kesabaran, tentang kesyukuran, tentang penerimaan.
Belum lagi, kalau kita turut menyertakan langkah ukhrawi dalam usaha kita: ikhlas, doa, tawakal, menambah kualitas dan kuantitas ibadah. Apa kita mengira, doa itu bukan usaha? Bukankah ia usaha kita merayu Allah? Bukankah ia salah satu bentuk usaha ketaatan yang memang Dia perintahkan?
Hasilnya mungkin tidak kita petik di dunia, tapi akhirat. Itu sudah janji Allah, dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Kita, sih, yang kadang terburu-buru ingin menikmati hasil di dunia saja.
No comments