Iri
Rasa iri. Itulah penyebab terjadinya pembunuhan pertama di muka bumi. Qabil yang iri pada ketetapan atas Habil, Qabil yang iri karena kurban Habil yang diterima alih-alih miliknya.
Rasa iri. Itulah yang mendorong saudara-saudara Yusuf tega melemparkan adik kecil mereka ini ke dalam sumur. Yang menjadikan mereka tega pula membohongi sang ayah tentang kematian tragis putra kesayangannya.
Rasa iri. Itulah alasan kaum Yahudi enggan mengimani Muhammad sebagai nabi dan rasul pamungkas. Orang yang mereka tunggu-tunggu sejak lama, sesuai janji dalam kitab suci, ternyata bukan dari golongan mereka, bahkan dari garis ibu yang berbeda meski sama-sama putra Ibrahim.
Rasa iri. Itu pula alasan Abu Jahal menentang Rasulullah. Ketika klan masing-masing masih bisa saling menyamai, lalu seorang dari klan Bani Hasyim menyampaikan bahwa dirinya adalah nabi dan rasul, mana bisa klan Bani Makhzum-nya Abu Jahal menyaingi? Daripada kalah dari klan "saingan"nya, dia memilih mendustainya walaupun tahu betul akan kejujuran Muhammad.
Rasa iri. Ada pada diri setiap manusia, mungkin. Namun, kita diajarkan untuk memberikan rasa iri itu hanya pada dua golongan: orang yang dikaruniai Allah kemampuan membaca/menghafal Al-Qur'an, lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.
Dua rasa iri yang justru membuat kita bersemangat mengejar ketertinggalan kita. Lalu kita berlindung dari rasa iri yang lain, yang menelurkan dengki, yang menggerakkan kita untuk berbuat keji.
Baru tahu kalau Abu Jahal beda klan dgn Rasulullah, kirain satu klan. Terima kasih juga remindernya soal iri hati:')
ReplyDeleteKlan, kabilah, suku... Entah mana istilah yang lebih tepat. Yang jelas, yang kekerabatannya dekat dengan Rasulullah, ya Abu Lahab sebagai paman beliau.
Delete