Header Ads

BR Coffee, Kafe Buku Favorit di Jogja

Dulu namanya Boerdjo Rakjat, tetapi saat saya datang kembali setelah pandemi, namanya menjadi BR Coffee. Lokasinya di kawasan elite SCBD-nya Jogja, tepatnya di Seturan. Saya pertama kali ke sini sekitar akhir tahun 2018, diajak kakak sepupu, dan langsung takjub dengan buku-buku yang dipajang pada display.

Buku-bukunya memang tidak sebanyak kafe yang mengkhususkan diri sebagai kafe buku, hanya sekitar satu rak lebar setinggi dua tingkat, tetapi banyak buku yang saya kenali. Misalnya saja, karya-karya klasik Enid Blyton, serial Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, beberapa karya Dan Brown, serial Negeri Lima Menara, dan serial Twilight.

Ini hal pertama yang saya sukai dari kafe ini. Tujuan utama saya ke kafe, kan, untuk bekerja atau bersosialisasi (haha, padahal dua kali doang saya ke sini bersama orang lain). Kalau ambil buku baru yang belum saya kenal dan ternyata saya suka, nanti repot kalau harus bolak-balik kemari untuk menyelesaikan bacaan yang bikin penasaran, hehe.

Selain dua kali bersama orang lain tersebut, saya selalu kafe ini seorang diri. Selama lima tahun (dipotong 1,5 tahun selama pandemi) di Jogja, ini tempat favorit saya untuk berkarya: entah bekerja atau menulis.

Alasan kedua saya menyukai kafe ini adalah suasananya yang relatif tenang untuk berpikir. Ada musik yang diputar dengan volume lembut sehingga tidak mengganggu. Ruangan tidak terlalu besar tapi cukup lapang, serta ber-AC sehingga tidak ada yang merokok (ada, sih, meja outdoor yang bisa dipakai merokok, tapi kayaknya jarang yang pakai). Tidak banyak orang mondar-mandir. Bahkan, deretan meja di sisi selatan penuh dengan orang-orang yang semuanya membuka laptop, entah belajar atau bekerja.

Musala juga dekat, ada di kompleks sekolah Budi Mulia Dua yang juga melingkupi kafe ini. Toilet bersih dan wangi. Parkir gratis (ini yang penting, wkwkwk). Ada koneksi internet yang gratis dan lancar. Makanan dan minuman lumayan oke, dan insyaallah halal karena saya tidak melihat menu rum di daftarnya.

Ngomong-ngomong soal menu, ada hal menarik di sini. Sebelum pandemi, favorit saya adalah wafel yang diberi topping dua cone es krim. Namun, saat saya kembali ke Jogja dua tahun kemudian setelah pandemi agak mereda, saya tidak mendapati menu tersebut. Ada menu baru yang menjadi favorit baru saya: quesadilla. (Makanan ini harusnya dibaca ke-sa-di-ya karena berasal dari Meksiko, tetapi setiap kali saya menyebut begitu, barista yang menerima pesanan selalu mengkonfirmasi, "Kue-sa-di-la?")

Nah, uniknya, setiap kali saya ke sini, ada saja yang berbeda dari penyajian menunya. Misalnya saja, beberapa bulan lalu saya pesan quesadilla, yang datang adalah dua buah quesadilla yang sudah dipotong sehingga ada empat potongan. Kemarin, yang disajikan pada saya adalah tiga buah quesadilla utuh tanpa dipotong dan ada french fries-nya. Begitu juga beberapa makanan lain atau kadang bahkan minuman. Ini bukan komplain, lho, cuma unik aja gitu, haha. 

Baristanya juga ramah. Misalnya saja, kemarin saya datang dan sedang agak eneg dengan susu karena pagi harinya sudah minum minuman bersusu, sedangkan mau minum kopi juga enggak doyan. Kemudian saya bertanya pada baristanya, "Bisa tidak, pesan cokelat tapi tanpa latte?"

Si barista nyengir minta maaf seraya berkata, "Belum pernah coba, Kak. Tapi kalau enggak pakai susu, nanti teksturnya kental banget."

"Oh, dicairkan pakai air aja berarti, ya? Bisa?"

"Saya coba dulu, ya. Tapi harganya tetap sama, enggak apa-apa, Kak?"

Saya mengiyakan saja karena sadar ini request di luar menu. Ternyata, rasanya toh tetap enak. Tidak banyak kafe atau resto yang menunya sudah fixed mau diminta menu custom gitu.

Meskipun demikian, ada harga ada kualitas. Harga menu yang ada di sini memang cukup mahal. Bayangkan saja, seporsi Indomie yang di Warmindo biasanya mentok di harga sepuluh ribu, di sini dihidangkan dengan harga dua puluh ribu.

Sudah begitu, tidak ada makanan yang dikategorikan "makanan berat" seperti nasi atau lauk pauk lainnya, padahal sebelum pandemi setidaknya ada menu bubur dan (seingat saya) ada ayam geprek. Menu berprotein yang tersedia adalah fish and chips, yang terdiri dari ikan dori goreng tepung dan kentang goreng, dan harganya... coba tebak! Empat puluh ribu! Kalau mau ngendon seharian, setidaknya kudu cepak lebih dari seratus ribu untuk "isi ulang" minuman dan beli makan siang dan sore, kecuali kalau mau seharian cuma minum Dilmah Tea seharga dua puluh ribu.

Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri, cita rasanya cukup membuat harga tersebut worth it, apalagi mengingat fasilitas dan kenyamanan yang bisa ditawarkan di dalam kafe. Hanya saja, untuk itu, saya harus benar-benar menunggu saat yang tepat untuk datang ke sini, memastikan dompet sedang mau diajak kerja sama (hehe) dan juga ada waktu luang yang panjang (karena lokasinya pun cukup jauh dari tempat tinggal saya untuk sekadar "nongkrong").

Saya belum menemukan kafe senyaman ini di dekat area kos saya, atau di tempat lain di Jogja. Ada yang tempatnya enak, menunya lengkap, tapi internetnya berbayar per sekian jam (malas bolak-balik belinya, itu juga kan saya tidak tahu mau berapa lama di sana). Ada yang dekat kos, harga makanan cuma beda sedikit dengan BR Coffee, internet oke, tapi bentuknya model resto; kurang enak buat kerja seharian. Ada juga yang tempat sudah oke, tapi cuma jual kopi tanpa makanan. Ada yang harga makanan dan minumannya murah, internet gratis dan lancar, tapi tidak ber-AC; duh, rokok di mana-mana! 

Di BR Coffee, saya tidak pernah diusir walaupun sudah duduk seharian, sejak pagi sampai malam, di sini. Hehehe.

Yang mau mencoba kafe ini, alamatnya Jl. Seturan Raya No.15, Kledokan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281.

6 comments:

  1. Jadi pengin nyobain ke sini juga, wkwk (ingin ini ingin itu banyak sekali hahaha)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ada rekomendasi kafe lain yg serupa kah? hehe

      Delete
    2. Dengar-dengar Sintesis Coffee di Jakal Km 5 juga nyaman. Tapi belum pernah nyobain, baru dengar aja 😄

      Delete
  2. pertama liat thumbnail ku bengong sebentar, kayaknya nih anak kan kan nggak suka ngopi
    trus liat foto pertama, lho ini kan tempat meet up pas itu, tapi nggak ada "Coffee"nya deh perasaan namanya.. eh ternyata hahaha

    setuju sih, tempatnya enakeun meskipun ke sini malam-malam dan cuma sekejap hehe

    yuuukkk agendakan ke sini lagi 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. kagak ngopi, tapi kan ku seneng nyoklat, wkwk
      ahaha, kapan njogja lagi? :p

      Delete

Powered by Blogger.