Header Ads

Kamera Pengintai

Awal-awal menggunakan aplikasi pertemuan virtual Zoom, saya termasuk orang yang bersemangat menyalakan kamera saat sedang ada pertemuan. Bagi saya, itu satu tanda untuk menghormati pertemuan, menunjukkan bahwa saya hadir dan menyimak setiap yang berbicara. Lama-lama, saya mulai enggan membuka kamera karena beberapa alasan. Salah satunya, toh banyak orang yang tidak menyalakan kamera; kalau hanya 1-2 orang lain yang juga menyalakan kamera, aneh saja rasanya menjadi spotlight. Iya kalau sedang dalam kondisi layak tampil; kalau tiba-tiba saya melakukan gerakan aneh, apa tidak tertangkap oleh semua peserta lain?

Kemudian saya menemukan alasan lain yang membuat saya semakin menghindari untuk menyalakan kamera, yaitu adanya fasilitas recording atau merekam dari Zoom. Fitur ini sering dimanfaatkan agar hasil pertemuan bisa dibagikan dan diputar ulang. Bagi saya, rekaman ini membuat kita lebih tidak bisa bebas bergerak. Ekspresi atau gerakan aneh yang tadinya hanya disaksikan sekali secara langsung oleh peserta lain, kini bisa disaksikan berulang-ulang. Belum lagi kalau video rekaman tersebut dibagikan melalui YouTube yang bisa disaksikan publik: makin gawat!

Gerakan aneh yang terekam mungkin alasan paling remeh. Bagaimana kalau ada aurat yang tersingkap? Saya pernah mengalaminya. Dalam salah satu pertemuan melalui Zoom, saya yakin sudah mematikan kamera, karenanya saya sedikit santai untuk berganti jilbab. Entah bagaimana, saat saya kembali memandang layar HP, kamera itu terbuka. Saya langsung panik dan menghubungi host, minta supaya rekaman dicek dulu sebelum diunggah. Dia meyakinkan saya kalau yang masuk layar hanya yang masuk spotlight, yaitu pemateri dan moderator, tetapi saya tetap saja tidak merasa tenang. Sejak saat itu, saya menutup kamera depan HP saya dengan lakban hitam.

Serupa dengan Zoom, CCTV juga membuat gerakan tidak bebas. Sama-sama bisa merekam secara waktu nyata atau realtime dan bisa diputar ulang. Saya menyadari ini ketika kantor memasang CCTV di ruangan saya, padahal ruangan itu khusus perempuan. Yang biasanya bisa lepas kaos kaki, sekarang harus memakainya secara penuh. Yang biasanya masih oke-oke saja kalau lengan baju menyingkap, kali ini sangat waspada kalau lengan baju tersingkap sedikit saja. Tidak hanya di kantor, di jalan-jalan pun saya mulai parno kalau-kalau ada CCTV. Kalau dulu ada rambut keluar jilbab, kita bisa dengan cepat memasukkannya kembali setelah celingak-celinguk memastikan tidak ada orang lain (terutama non-mahram) yang melihat, sekarang deg-degan apakah di sekitar situ ada CCTV.

Zaman memang semakin canggih, tapi itu justru membuat privasi kita semakin berkurang. Ada teknologi bernama drone yang bisa menangkap gambar, membuat tidak nyaman untuk sekadar ke halaman belakang rumah tanpa jilbab, walaupun halaman belakang itu sudah ditembok sedemikian rupa sehingga tidak terlihat oleh orang lain yang berdiri setinggi tanah. Ada aplikasi populer bernama Google Street View, yang bisa merekam kondisi jalanan pada suatu waktu dan ditampilkan dalam Google Map seolah-olah kita sedang menyusuri jalanan tersebut. "Jahat"-nya Google Street View ini, dia bisa merekam bagian dalam rumah seseorang (yang pintunya terbuka) secara acak, tergantung yang dilewati oleh kamera. Betul, kadang Google pun melindungi apa yang katanya privasi dengan menyamarkan identitas, tapi bagian tubuh yang di-blur Google biasanya hanya wajah. Bagaimana dengan tangan yang tersingkap? Kaki yang lupa pakai kaos kaki?

Ada satu celetukan yang muncul di benak saya waktu itu, "Perasaan, diawasi sama Allah saja enggak gini-gini amat."

Tentu saja, Allah Maha Melihat, tak ada satu pun yang luput dari pengawasan Allah, bagaimana pun kita menyembunyikannya. Akan tetapi, justru itulah poinnya. Di satu sisi, kita "biasa" dilihat oleh Allah, dan tidak mungkin menyembunyikan apa saja dari Allah. Jadi, saat ada aurat yang terlihat saat kita sendirian pun, ya, memang Allah Maha Melihat. Di sisi lainnya, ada hal-hal yang oleh Allah pun kita disuruh untuk menyembunyikannya dari hadapan manusia. Dengan adanya kamera-kamera pengintai modern ini, rasanya makin susah untuk menyembunyikan apa yang seharusnya tersembunyi.

Apa itu privasi? Bahkan definisi privasi antara kita dengan pengembang teknologi pun berbeda.

Kadang bingung juga, sih. Saya paham, banyak fitur teknologi pengawas yang kita butuhkan, misalnya untuk mendeteksi orang asing yang nyelonong masuk ke wilayah kita. Kita perlu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, kadang yang kena malah jadi orang tak bersalah yang privasinya harus terjaga.

Apa ada teknologi yang menggabungkan kedua kebutuhan demikian?


No comments

Powered by Blogger.