Header Ads

Swasunting: Untuk Apa? (Tulisan 1 dari 4)


Bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Dalam percakapan lisan, Anda bisa mengatur nada dan intonasi bicara untuk mencapai makna yang diinginkan. Jika percakapan dilakukan secara tatap muka, ekspresi wajah dapat mendukung tersampainya pesan kepada lawan bicara. Dalam percakapan dua arah, Anda bahkan bisa langsung meralat ucapan yang salah agar tidak membelokkan makna.

Proses komunikasi melalui tulisan tidak semudah bicara melalui lisan. Tidak ada nada, intonasi, ataupun ekspresi yang dapat menunjukkan secara gamblang apa yang Anda harapkan dipahami lawan bicara. Kesalahan-kesalahan kecil seperti saltik alias typo atau tidak menggunakan tanda baca yang tepat bisa memberikan makna yang berbeda pada pembacanya.

Itulah sebabnya, dalam proses menulis, diperlukan satu langkah lanjutan yang disebut dengan self editing atau swasunting tak peduli itu tulisan ringan seperti pesan WhatsApp atau tulisan formal seperti karya ilmiah, sastra, maupun takarir (caption).

Pernah lihat meme-meme yang beredar tentang saltik yang bikin salah paham? Ini contohnya, sebuah percakapan via chat WhatsApp antara seorang laki-laki (L) dan perempuan (P).

L: Ini menu hari ini. [Melampirkan foto.] Kamu suka yang mana?

P: Aku suka kamu.

L: Wah, aku juga suka sama kamu.

P: *kamu = jamu

Si laki-laki yang sudah terlanjur ge-er langsung memblokir nomor si perempuan.

Itu baru kejadian dalam obrolan pribadi, dengan kesalahan hanya satu huruf (yang di keyboard pun berdekatan). Apa jadinya kalau itu terjadi di media terbuka dengan kesalahan yang lebih besar?

Dalam lingkup yang lebih besar, penyuntingan juga diperlukan untuk menarik minat pembaca. Lo, apa hubungannya?

Bayangkan, Anda sedang membaca tulisan yang dipenuhi typo, susunan kalimatnya kalau balau, gagasan antarparagraf tidak nyambung, dan cara penulisannya campur aduk antara huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol. Kira-kira, berapa lama Anda betah membaca tulisan itu? Saya sendiri mungkin sudah berhenti membacanya pada baris kedua.

Kalau pembaca sudah bosan membaca tulisan tersebut, apakah pesan yang dibawa si penulis akan tersampaikan? Tentu tidak.

Sebaliknya, ada tulisan yang mungkin isinya sampah tetapi dikemas dengan rapi dan menarik. Tentu ini akan lebih menarik pembaca untuk berlama-lama melahap kata demi kata daripada tulisan berbobot tetapi penyampaiannya tidak menarik.

Oleh karena itu, walaupun hanya dipublikasikan secara mandiri di blog pribadi atau media sosial lainnya, sebuah tulisan semestinya melalui proses penyuntingan terlebih dahulu sebelum dibagikan.

Bagaimana jika tulisan tersebut Anda kirimkan ke penerbit? Bukankah penerbit pasti punya editor? Kalau penulis harus mengedit sendiri, editor makan gaji buta, dong?

Jangan menggantungkan diri pada editor. Ada banyak naskah yang dikirim ke meja penerbit, sedangkan editor yang dimiliki sebuah penerbit terbatas. Dalam kondisi seperti ini, tulisan-tulisan yang secara tampilan sepintas dianggap tidak menarik bisa jadi langsung disingkirkan.

Selain itu, seandainya karya asal-asalan yang Anda kirim ternyata lolos seleksi, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merevisinya. Dalam pekerjaannya, editor akan perlu mengonfirmasi maksud tulisan Anda supaya bisa memperbaikinya. Jika kesalahannya banyak, editor akan bolak-balik menghubungi Anda, dan ini bisa cukup menjengkelkan kedua belah pihak. Belum lagi, kalau editor salah menafsirkan tulisan Anda, Anda sendirilah yang akan marah-marah karena gagasan Anda berubah.

Tak menutup kemungkinan, Andalah yang akhirnya menarik naskah Anda dari penerbit saking kesalnya.

2 comments:

  1. Ada yg pernah bilang, daripada minta editor ngebenerin typo dll yg bisa kita cek sendiri, lebih efisien kalau dia ngedit isi tulisan penulis biar lebih enak & maksudnya sampai ke pembaca. Tapi kayaknya masih banyak orang yg mikir tugas utama editor itu justru yg pertama ya Mb...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebagai editor, aku juga nangis, Mb, kalau nemu tulisan yang banyak typo-nya. Bingung memahami kalimat si penulis untuk memahami maksudnya, sementara dia terlalu sibuk untuk dikonfirmasi. Huhu...

      Delete

Powered by Blogger.