Header Ads

Upin-Ipin, Passion, dan Kita

Source: Youtube (Google Image)

Upin-Ipin, meski jadi tokoh utama dalam serialnya, ternyata anak-anak yang biasa saja dibandingkan teman-temannya.

Mei Mei unggul di bidang akademis. Dia rajin membaca dan bercita-cita menjadi guru.

Ehsan yang doyan makan akhirnya menjadi hobi masak dan bermimpi jadi koki andal.

Siapa tak kenal "dua singgit" jargon Mail? Kecil-kecil dia sudah menunjukkan bakat sebagai wiraswasta.

"Dua tiga acara kartun, Jarjit suka bikin pantun." Calon sastrawan ini berambisi menjadi penyiar berita. Marvelous, marvelous!

Fizi yang terkenal santai dan lebih suka bermain, ternyata punya harapan mulia menjadi tukang sampah! Pekerjaan yang diremehkan banyak orang, tapi tanpa dia, kebersihan akan terganggu.

Susanti yang berasal dari Indonesia pun mulai mengembangkan hobinya dalam fotografi. Bisa jadi ini dipicu posisinya sebagai "turis".

Bahkan dari "kelompok meja belakang" yang jarang terlibat, masih ada Devi yang hobi menari dan Ijat yang sering jadi "korban" atas berbagai peristiwa.

Sementara Upin-Ipin, apa hobinya selain mengganggu Kak Ros? Hehe... Mungkin sama seperti kita, si kembar hanya orang biasa yang dikelilingi orang-orang yang sudah menemukan passion masing-masing.

Terlihat jelas kebingungan mereka ketika ditanya soal hobi dan cita-cita. Akhirnya menjawab mengambang, hobi membantu orang (menurut Cikgu Melati, itu bukan hobi tapi kewajiban), dan bercita-cita angkasawan hanya karena melihat pesawat melintas saat itu.

Berapa kali passion si kembar tentang luar angkasa muncul? Hanya episode2 tertentu. Beda dengan buku Mei Mei, mata duitan Mail, pantun Jarjit, nafsu makan Ehsan, dan kamera Susanti yang muncul hampir di setiap munculnya mereka.

Padahal ada potensi Upin-Ipin yang bisa dikembangkan: menjadi detektif. Aksi mereka ini sering kali muncul, dengan hasil gemilang pula, kenapa bukan ini saja yang ditekuni dengan serius? Jadi, hobi: kepo (haha), cita-cita: detektif.

Upin-Ipin bisa jadi gambaran kita. Tidak mengenali passion sendiri, memilih cita-cita setinggi langit hanya berdasarkan mood tanpa ditekuni, padahal ada bakat terpendam yang perlu digali. Tugas kitalah untuk menemukan bakat terpendam itu dan mulai serius mengembangkannya.

No comments

Powered by Blogger.