Header Ads

Seruan #NoValentineDay, Bentuk "Disrespect" terhadap Non-Muslim?

Belakangan, di media sosial memang gencar dengan seruan #NoValentineDay sebagai bentuk penolakan terhadap perayaan (yang katanya) hari kasih sayang tersebut. Saya sendiri awalnya memilih diam, selain karena belakangan saya agak menarik diri dari medsos, juga karena setidaknya saya berusaha bersikap seolah-olah hari itu seperti hari biasa, tidak ada yang istimewa (yang memang seharusnya begitu). Tetapi saya tetap mendukung sepenuh hati upaya saudara-saudara Muslim yang berusaha menyeru kepada muda-mudi Muslim untuk meninggalkan Valentine Day (VD), dengan terkadang ikut memberi komentar yang meng-counter opini negatif tentang seruan No VD.

Hari yang disebut VD memang seudah berlalu. Tapi belakangan justru muncul gambar capture sebuah status, berisi ajakan untuk tidak lagi menyeru "No VD", dengan alasan karena kita juga tidak ingin orang non-Muslim berkampanye, "Say no to Ramadhan, Eid, or Haj." Pemilik status itu sendiri menyatakan diri sebagai Muslim yang mensyukuri ketidakikutsertaan dirinya dalam perayaan VD.


Mungkin sekali saya pernah lihat gambar yang sama dengan memperlihatkan nama si pembuat status, tapi karena begitu seringnya di-repost, cuma gambar di atas yang saya dapatkan dari sumber yang bukan utama. Banyak dari mereka yang share gambar itu adalah saudara-saudara Muslim, yang berarti mengisyaratkan penolakan terhadap seruan #NoVD. Sebagian menyatakan, "Selalu begini tiap hari raya non-Muslim." Seolah-olah kami, Muslim, tidak mengizinkan adanya perayaan hari raya umat selain Islam.

Gara-gara itu, saya jadi tergelitik untuk meluruskan ini.

Pertama, kalau VD dianggap sebagai hari raya umat Nasrani, seruan #NoVD berlaku hanya untuk Muslim. Bukannya kami tidak menghormati atau melarang kawan-kawan Nasrani untuk merayakan hari rayanya, hanya saja kami mengajak saudara Muslim kami untuk tidak merayakan hari raya umat agama lain, karena demikianlah ajaran agama kami. Mohon maaf kalau mungkin ajakan ini kami siarkan di tempat umum seperti medsos, toh sasaran kami juga sesama Muslim, bukan yang non-Muslim.

Kalau kemudian seruan #NoVD kepada SESAMA saudara Muslim ini ditanggapi dengan No Ramadhan, No Eid, No Hajj, selama sasaran dari ajakan itu adalah pemeluk agama non-Muslim sendiri, bagi saya tak masalah. Justru memang begitu seharusnya, ini hari raya Islam, tak perlu lah pemeluk agama lain ikut merayakannya. Aneh kalau pemeluk suatu agama ikut-ikutan merayakan hari raya agama lain, apalagi yang bertentangan dengan keyakinannya (keseluruhan ibadah dan hari raya Islam berpusat pada mengesakan Allah, bahwa Allah satu-satunya Tuhan, apakah agama lain mau menerima ini?). Malah akan menimbulkan masalah jika setelah non-Muslim ikut merayakan hari raya umat Islam, lantas mengajak Muslim merayakan hari raya non-Muslim, atau setidaknya menyindir kalau ada umat Islam yang menolak mengikuti perayaan hari raya itu.

Pada intinya, kita sebagai umat beragama punya hari raya masing-masing, maka kita jalani sendiri-sendiri hari raya sesuai agama kita, tanpa perlu mengikuti hari raya umat lain. Cukuplah toleransi itu bermakna bahwa kita saling mempersilakan, bukan mengikuti.

Kedua, seorang kawan Nasrani pernah menyatakan bahwa dalam Bible tidak pernah ada kata-kata Valentine, apalagi disuruh merayakannya. Kalau benar demikian, artinya seruan #NoVD sama sekali tidak menyinggung agama apa pun (mohon dikoreksi kalau ada referensi yang menyatakan agama lain yang bukan Nasrani menyatakan VD sebagai hari rayanya). Jadi, kenapa hanya umat Islam yang dituduh melecehkan perayaan ini, ketika justru agama yang "dituduhkan" sebagai pemilik VD pun menolaknya? Bahkan tak menutup kemungkinan umat Islam dan Nasrani bersama-sama menolak perayaan VD.

Perayaan VD sama sekali jauh dari Islam, bukan pula hari istimewa negara Indonesia atau salah satu suku bangsanya. Lantas kenapa kita mati-matian membela keberadaannya dirayakan oleh generasi Muslim, khususnya di Indonesia?

1 comment:

Powered by Blogger.