Header Ads

"UmmiL Kalsium", Si Unyil Berintegritas

Sejujurnya, sejak gue bikin tulisan tentang Iip, hati kecil gue udah menuntut untuk menuliskan tentang si UmmiL juga. Tapi berhubung orangnya lebih sering kepoin blog gue ketimbang Iip, gue yakin suatu saat dia bakal nemu juga tulisan tentang ini pada akhirnya. Di sisi lain, setahun belakangan ini dia udah stay di rumah, dan belum lama ini dia baru aja menempuh hidup baru (bukan dalam konteks nikah!!!) di Jakarta, jadi gue rasa ini momen yang pas buat nulis ini. Cieee...

Ketika sama-sama masuk kelas X2 di SMA dulu, ada dua faktor yang mendekatkan kita. Pertama, faktor sejarah, dalam arti waktu SMP segala proses ujian akhir (dari try out, UN, Ujian Praktik, dan UAS) gue nginduk ke sekolah dia (yang statusnya SMP negeri). Walaupun gue nggak terlalu kenal sama bocah-bocah SMP negeri itu, yang jumlahnya ratusan, mereka menaruh perhatian khusus pada bocah-bocah "penebeng ujian" dari SMP gue. Maklum aja, pasukan gue cuma berjumlah enam ekor. Nah, si UmmiL ini salah satu dari pemerhati bocah-bocah aneh pendatang ini. Besides, adik-adik si UmmiL pada akhirnya pun sekolah di SMP gue, tepat pada saat gue dan UmmiL sekelas di SMA.

Faktor kedua adalah faktor ideologis. Haha, serius, ideologi yang dimaksud di sini adalah bahwa kita berdua sama-sama memerangi perilaku contek-mencontek. Nggak berhenti pada sebatas kasak-kusuk, mendiskusikan rendahnya mental para cheaters ini, kita pun menindaklanjutinya dengan aksi nyata: audiensi dengan beberapa guru (halah, iki bahasane cah sospol banget). Dan FYI, berdasarkan pengalaman, gue susah dekat sama orang yang belum "faham", dan waktu SMA si UmmiL bisa dibilang belum sefaham sekarang. Tapi gue bisa ngerasa cocok sama dia (uhuk!) karena emang ada kesamaan ideologi anti-nyontek ini.

Walaupun belum bisa menyamai rekor Iip dan Dycand (yang sebangku terus selama 3 tahun SMA), gue dan UmmiL hampir selalu berada di bangku yang sama, kecuali kelas XI, itu pun posisinya depan belakang. Dia emang selalu milih bangku paling depan, sementara gue lebih suka di bangku kedua dari belakang (biar kalo tidur pas pelajaran, nggak terlalu menyolok di depan guru, haha). Pas istirahat pun nggak jarang kita jalan-jalan bareng, sampai-sampai beberapa guru yang dekat udah hafal sama perilaku kita tersebut, dan Bu Diana sampai menjuluki kita berdua Unyil.

Tapi emang sih, berdua sama dia emang asyik, bahkan kadang-kadang lebih enak berdua sama dia daripada rame-rame sama temen-temen yang lain. Salah satunya, waktu gue disaranin les Fisika (yang, menurut ibuku, dikatakan oleh wali kelasku, "Biasanya kalau bisa Matematika bisa, Fisika itu gampang. Tapi emang sih, gue nggak pernah merasakan kepuasan dalam mengerjakan Fisika dibandingkan Matematika), dan gue pun akhirnya dapet tebengan les bareng UmmiL, yang udah duluan les privat sama seorang guru, padahal temen-temen yang lain biasanya lesnya bergerombol. Dari sini gue mendapati bahwa gue emang lebih gampang memahami pelajaran melalui pengajaran privat dibandingkan klasikal. Sampai kelas tiga, gue les sama guru yang sama itu bareng UmmiL, dan waktu dicoba gabungkan sama kelompok lain, meskipun cuma nambah 4 orang, kita berdua jadi susah konsen. Kita berdua pun minta ganti waktu, kapan pun dah, yang penting tetep berdua, alias jangan banyak-banyak. Meski untuk itu harus bayar lebih mahal.

Oya, mengenai nama UmmiL ini, pada awalnya si Iip yang manggil dia "Ummil", padahal nama aslinya Ummi. Trus gue ikut-ikutan, dan secara khusus memberi pengecualian terhadap kecintaan gue pada EYD (eh!), dengan menuliskan huruf "L" ini dengan huruf kapital, nggak tahu juga alasan "syar'i"-nya kenapa. Hehehe...

Sementara tentang "Kalsium"... well, nama asli dia adalah Ummi Kaltsum (wee, tak sebutin lengkap noh, MiL!). Kisah ini bermula dari pas kita berdua diajak buat jadi delegasi sekolah untuk Lawatan Sejarah DIY-Jateng-Jatim. Di sini, kita dapet satu kenalan bernama Adzki, siswi SMK 1 Semarang (yang bisa dibilang sama-sama "kalem" dibandingkan peserta-peserta lain yang agak "rame", baik peserta pelajar maupun guru/karyawan). Si Adzki inilah yang mlesetin nama Kaltsum jadi Kalsium. :D

Nah, balik ke hari-hari gue bareng UmmiL. Waktu SMA, dia emang tergolong temen yang asyik "sekadar" buat diajak ngobrol. Gue ketularan narsis juga dari dia (well, sebenernya dia yang "narsis", trus ngajak gue narsis di depan kamera sambil ngiklan minuman gelas yang kita beli dari koperasi pas jam istirahat, selain itu gue sendiri gak terlalu suka difoto, hohoho :p), sehingga foto gue (note: bareng UmmiL) jaman SMA banyak banget. Trus meski gue juga suka biru, gue nggak seheboh dia dalam hal ini: segala perlengkapan dia pasti berwarna biru. Sampai-sampai, pakai seragam pramuka pun, dia pakai bros warna biru. Dia juga nggak terlalu suka ribet dalam berpakaian, malah pas SMA, dia lebih suka pakai celana daripada rok. Mungkin ada hubungannya dengan hobi ngebutnya. :p

Tapi jujur, selama SMA gue emang nggak terlalu deket sama dia dalam hal "ideologi tarbiyyah". Dia tahu, tentu, tapi belum sefaham Iip waktu itu. That's why, gue surprise waktu dia beberapa kali mudik saat kuliah di STAN, dia kembali dalam keadaan jauuuuuuh banget lebih baik dari gue. Dia udah pakai rok, trus jilbabnya kadang lebih gede dari gue (atau bisa jadi, karena dia kurus, efeknya lebih gede buat badannya). Kalau dulu dia suka gonta-ganti profile picture FB pakai foto narsisnya, sekarang dia cenderung menyembunyikan penampakan aslinya dari dunia maya.

Sejak dulu dia emang udah aktif di FB. Tapi kalau dulu statusnya "alay" (berdasarkan kontennya, bukan bahasa ataupun gaya penulisannya), sekarang status-status dia dipenuhi pengingat bagi seluruh friend-nya untuk tilawah atau dzikir, dan tiap Jum'at rajin mengingatkan baca Al Kahfi (sementara gue sendiri, kalau gak baca status dia, kadang lupa kalau hari itu hari Jum'at). Syi'ar-nya rajin banget dah pokoknya. Belum lagi status maupun link yang dia share tak sedikit juga yang angkat bicara tentang politik dan dunia Islam macam Palestina. Pernah juga profile picture dia berupa simbol Rabia (4 jari berlatar belakang kuning) selama sekitar setahun tanpa gonta-ganti (jarang-jarang aktivis FB se-istiqomah dia dalam hal ini). Nggak cuma di dumay, dia pun menerapkan syi'ar-nya itu di dunia nyata. Gue inget waktu gue jalan bareng dia ke Semarang, dia ketemu... ah, nggak usah gue lanjutin deh. Biar lu bisa jaga keikhlasan lu, MiL. :D Pokoknya, gue kagum banget sama yang satu itu.

Selama masa pemilu (baik legislatif maupun presiden), dia jadi salah satu partner diskusi gue yang paling asyik. Dia ngajakin gue ikut kampanye PKS yang part II di Semarang, jadi gue ajak dia berangkat bareng rombongan temen-temen kampus gue, walaupun dia cukup menderita karena kepanasan. Gue akui, secara fisik dia emang nggak terlalu tangguh, tapi semangatnya meeen... Bahkan setelah merasakan sendiri capeknya panas-panasan kampanye, waktu ada aksi solidaritas Palestina dia ikut serta, padahal itu diadakan persis setelah tengah hari pas Ramadhan! Meskipun di tengah jalan dia melipir karena nggak kuat panasnya, dia berhasil menemukan cara tersendiri buat berpartisipasi dalam aksi: di tempatnya duduk bareng Iip dan Adzki, dia gelar lapak berisi gantungan kunci flanel buatannya yang bergambar bendera Palestina, dan menuliskan "Gratis kalo sudah nyumbang ya...." (Note: maksudnya nyumbang ke kotak yang disediakan panitia, dia nggak buka lapak sumbangan sendiri kok.)


Si UmmiL ini juga punya adik yang masih kecil (sekarang sekitar 5 tahun tapi udah kelas 1 SD), namanya Izza (dulunya biasa dipanggil Ijah). Caranya si UmmiL "memperlakukan" adiknya ini udah kayak new mommy sama anak pertamanya. Foto di FB penuh sama fotonya si Ijah, status-status dia pun tak jarang yang "mengumumkan" kegiatannya momong Izza: mulai dari ngajari baca Qur'an, hafalan, sampai-sampai nganterin Izza ikut lomba hafalan pertamanya di Undip dan bertanggung jawab penuh atas pengumuman juaranya. Pas sekali-kalinya gue silaturrahim ke rumahnya setelah sekian lama (bayangin, 7 tahun kenal dia, baru kali ini gue bertandang ke rumahnya! Nggak ma'rifat banget dah), dia juga bujuk-bujukin Ijah dengan tawaran main game bareng di tablet.

Gue pun waktu itu ke rumahnya, selain buat nganter Adzki silaturrahim, juga buat nganterin buku-buku yang dia butuhkan buat belajar buat tes penempatan: buku-buku semacam UUD dan Empat Pilar, yang secara gratis selalu dibagian para anggota DPR kalau kunjungan atau ngisi ke mana. Daripada gue juga nggak pernah baca buku kayak gitu, siapa tahu bisa banyak bantuin UmmiL dalam tes penempatannya. Padahal tes penempatan dia (setelah lulus dari STAN) juga katanya nggak jelas waktunya, tapi dia udah persiapan dari saat itu. Beda sama gue yang baru buka buku persis di depan pintu ruang ujian maksimal 30 menit sebelum ujian mulai, si UmmiL emang sejak SMA punya hobi ngerjain tugas/PR. Sampai-sampai gue pernah bilang langsung sama dia, kalau dia pasti bakal bisa menyelesaikan sebuah tugas bahkan sebelum tugas itu diberikan. Hahaha... :p

Sekitar setengah tahun setelah transaksi peminjaman itu berlangsung, dia menerima pengumuman kalau dia diterima di Setjen, sesuai pilihannya saat penempatan. Saat ini dia udah kembali merantau ke Jakarta, siap memulai hidup baru di sana. Gue pun cuma bisa doain, semoga dia bisa istiqomah di sana, dan menjadi pengawal kejujuran dalam kebijakan keuangan di negeri yang udah nggak jelas integritasnya ini. :)


NB. MiL, kalo lu udah baca tulisan ini, wajib meninggalkan komen yak! :p

2 comments:

  1. Lu gokil lil! Asli! Hahaha..
    Sampe nggak mampu berkata kata nih, klo aja nb terakhir itu g gue baca, bakal langsung ngeloyor pergi gue, haha

    Mau komen per segmen sebenernya, tapi maleeeees, haha :p

    Wis thengkyu so much, hontouni arigatoo, matur suwun, jazakillah khoir, makasih, for everything ya lil..tujuh tahun yg nggak kerasa, uhm gue kasih satu rahasia penting, jujur gue itu galau-an bahkan ketika lulus SMA rasanya nggak rela melepas semua rutinitas di sekolah, dan satu satunya yg bisa sedikit mengobati kegalauan itu ya tetep keep in touch dengan dirimu :3
    Sama yg lain juga cuma sangat tidak seintens klo sma situ, haha bahasa gue

    Ya begtulah, gue bales doa aja deh ya, smoga cepet rampung kuliah, cepet jadi menteri penerus Pak Tiffatul Sembiring :)
    Yg paling penting semoga slalu dalam penjagaan Alloh, dalam ridho-Nya..aamiin

    Wis ah, laper gue belum sarapan, mumpung di rumah nih :3

    ReplyDelete
  2. Tujuh tahun yg baru kali ini gw sambangi peraduan ente, haha :p
    Tapi emang, MiL, semenjak kuliah, komunikasi gue paling intens juga sama lu, walaupun cuma di medsos... Pas pada liburan pun lebih sering jalan bareng lu: mejeng di sekolah, dolan ke bawah, wkwkwk... lu juga tiap mau pergi selalu pamitan sama gue, hiks... #mellowlebay

    *sambil mengamini doa terakhir (di komen)* :D

    ReplyDelete

Powered by Blogger.