Jilbab
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita” (QS. An Nuur [24] : 31)
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab [33] : 59)
Dua ayat itu paling sering didengar kalau orang membicarakan jilbab. Tapi, tidak semua orang memakainya, lho. Alasan yang paling sering didengar ketika seseorang ditanya kapan berjilbab adalah: belum siap, ingin memperbaiki akhlak dulu, dsb.
Lah, siapa yang bikin aturan, pakai jilbab mesti pinter agama dulu? Lu cari sampai ke ujung dunia juga nggak bakal ketemu. Justru dengan jilbab itulah, insya Allah kita dimudahkan berislam lebih sempurna. Nggak percaya? Buktiin sendiri, deh.
Kalau untuk pakai jilbab harus siap dulu, siapnya kapan? Kalau siap kita pas udah usia 40 tahun, misalnya iya, kalo usia kita sampai segitu, lha kalo besok pagi kita mati? Padahal salah satu alasan kenapa penghuni neraka mayoritas perempuan adalah karena banyak perempuan yang mengumbar aurat.
Surat Al Ahzab tadi menyebutkan dua manfaat pakai jilbab, yaitu agar mudah dikenali dan tidak diganggu. Jadi jilbab itu menjadi identitas kita sebagai muslimah. Melewati seseorang di jalan, orang itu langsung tahu kalau kita muslim hanya dengan jilbab kita. Tahu nggak, kalian, kalau para ikhwan (cowok muslim) sebetulnya ngiri dengan kita. Kenapa? Karena hanya dengan pakaian saja mereka tidak bisa menunjukkan bahwa mereka seorang muslim. Contoh mudahnya, kalau kalian belum kenal, belum tahu namanya, bisakah kalian tahu apakah laki-laki yang kalian temui di SMA ini adalah muslim? Tapi kalo kalian ketemu cewek berjilbab, pastinya kalian langsung yakin kalau dia muslimah.
Kalo pakaian kita masih memperlihatkan aurat, Nabi saw, pernah menyindir begini, “Engkau berpakaian, tetapi sesungguhnya telanjang.”
Whadhuuh? Maluuuuu!!!
Kenapa tak sedikit cewek yang (sori) diperkosa? Karena sebagian dari mereka mengizinkan laki-laki melihat keindahan tubuh mereka. Akhirnya cewek yang nggak berdosa kadang ikut kena getahnya. Coba deh kalo jilbaber, apalagi yang jilbabnya panjang dan menjaga pergaulannya indirectly mereka menolong lawan jenisnya dari perangkap setan. Bukankah keturunan Adam musti kompak melawan musuh bebuyutan?
Saya pernah baca di buku mana, lupa, kalo nggak Gue Never Die ya Agar Bidadari Cemburu Padamu made by Salim A. Fillah, orang berjilbab itu dipandang dengan kagum oleh laki-laki, baik ikhwan maupun cowok. Bedanya, kalo ikhwan ngeliatin jilbaber karena membayangkan istrinya ntar kayak gitu, sementara kalo cowok merasa putus asa, merasa takkan bisa menggapainya.
Dari buku itu juga, Salim A. Fillah bilang gini, “Kalau yang jilbabnya panjang namanya akhwat, jilbabnya pendek namanya akhwit, dan yang nggak pakai jilbab itu ukhuwit-ukhuwit”
Oya, sedikit berbagi pengalaman, nih. Pas MOS kemarin, kan anak-anak baru suruh dandanin rambut mereka pakai rafia yang rupa-rupa warnanya. Tapi, galz, gara-gara jilbab, saya dibebaskan dari penampilan memalukan itu. Pun jilbaber yang lain. Sampai sekarang saya bersyukur banget, dan bertambah yakin kalau Allah tidak pernah ingkar janji, “ karena itu mereka tidak diganggu.”
Jilbab adalah kemenangan tertinggi bagi seorang wanita, menang atas dirinya sendiri.
Secara kesehatan pun, jilbab juga disarankan, loh. Singkatnya, kulit kita nggak jadi imut alias Item MUTlak, nggak rusak karena terlindung dari sengatan matahari langsung, dan kalau pas musim ujan gini, anget!
Panas? Nggak juga. Asal kalian ikhlas karena Allah (bukan karena naksir ikhwan), pasti deh adem ayem. Kalaupun panas, ukuran panasnya nggak beda sama yang nggak pakai jilbab.
Pelan-pelan aja, deh. Misalnya, pas keluar rumah pakai paling nggak celana atau rok panjang plus baju lengan panjang. Kalo udah biasa berpakaian panjang, jalan-jalan mulai pakai kerudung. Ntar lama-lama juga terbiasa. Lagian, pas pelajaran Agama aja udah pada pakai jilbab, meski rok dan lengan bajunya pendek. Dipanjangin sekalian tuh, biar nggak wagu.
“Apakah kamu rela tubuhmu itu dipanggang api neraka karena kau perlihatkan kepada yang tidak berhak?!” (Kalimat itu saya duplikat dari Serial Akta 1:Kelelawar Wibeng: Jazimah Al Muhyi.)
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab [33] : 59)
Dua ayat itu paling sering didengar kalau orang membicarakan jilbab. Tapi, tidak semua orang memakainya, lho. Alasan yang paling sering didengar ketika seseorang ditanya kapan berjilbab adalah: belum siap, ingin memperbaiki akhlak dulu, dsb.
Lah, siapa yang bikin aturan, pakai jilbab mesti pinter agama dulu? Lu cari sampai ke ujung dunia juga nggak bakal ketemu. Justru dengan jilbab itulah, insya Allah kita dimudahkan berislam lebih sempurna. Nggak percaya? Buktiin sendiri, deh.
Kalau untuk pakai jilbab harus siap dulu, siapnya kapan? Kalau siap kita pas udah usia 40 tahun, misalnya iya, kalo usia kita sampai segitu, lha kalo besok pagi kita mati? Padahal salah satu alasan kenapa penghuni neraka mayoritas perempuan adalah karena banyak perempuan yang mengumbar aurat.
Surat Al Ahzab tadi menyebutkan dua manfaat pakai jilbab, yaitu agar mudah dikenali dan tidak diganggu. Jadi jilbab itu menjadi identitas kita sebagai muslimah. Melewati seseorang di jalan, orang itu langsung tahu kalau kita muslim hanya dengan jilbab kita. Tahu nggak, kalian, kalau para ikhwan (cowok muslim) sebetulnya ngiri dengan kita. Kenapa? Karena hanya dengan pakaian saja mereka tidak bisa menunjukkan bahwa mereka seorang muslim. Contoh mudahnya, kalau kalian belum kenal, belum tahu namanya, bisakah kalian tahu apakah laki-laki yang kalian temui di SMA ini adalah muslim? Tapi kalo kalian ketemu cewek berjilbab, pastinya kalian langsung yakin kalau dia muslimah.
Kalo pakaian kita masih memperlihatkan aurat, Nabi saw, pernah menyindir begini, “Engkau berpakaian, tetapi sesungguhnya telanjang.”
Whadhuuh? Maluuuuu!!!
Kenapa tak sedikit cewek yang (sori) diperkosa? Karena sebagian dari mereka mengizinkan laki-laki melihat keindahan tubuh mereka. Akhirnya cewek yang nggak berdosa kadang ikut kena getahnya. Coba deh kalo jilbaber, apalagi yang jilbabnya panjang dan menjaga pergaulannya indirectly mereka menolong lawan jenisnya dari perangkap setan. Bukankah keturunan Adam musti kompak melawan musuh bebuyutan?
Saya pernah baca di buku mana, lupa, kalo nggak Gue Never Die ya Agar Bidadari Cemburu Padamu made by Salim A. Fillah, orang berjilbab itu dipandang dengan kagum oleh laki-laki, baik ikhwan maupun cowok. Bedanya, kalo ikhwan ngeliatin jilbaber karena membayangkan istrinya ntar kayak gitu, sementara kalo cowok merasa putus asa, merasa takkan bisa menggapainya.
Dari buku itu juga, Salim A. Fillah bilang gini, “Kalau yang jilbabnya panjang namanya akhwat, jilbabnya pendek namanya akhwit, dan yang nggak pakai jilbab itu ukhuwit-ukhuwit”
Oya, sedikit berbagi pengalaman, nih. Pas MOS kemarin, kan anak-anak baru suruh dandanin rambut mereka pakai rafia yang rupa-rupa warnanya. Tapi, galz, gara-gara jilbab, saya dibebaskan dari penampilan memalukan itu. Pun jilbaber yang lain. Sampai sekarang saya bersyukur banget, dan bertambah yakin kalau Allah tidak pernah ingkar janji, “ karena itu mereka tidak diganggu.”
Jilbab adalah kemenangan tertinggi bagi seorang wanita, menang atas dirinya sendiri.
Secara kesehatan pun, jilbab juga disarankan, loh. Singkatnya, kulit kita nggak jadi imut alias Item MUTlak, nggak rusak karena terlindung dari sengatan matahari langsung, dan kalau pas musim ujan gini, anget!
Panas? Nggak juga. Asal kalian ikhlas karena Allah (bukan karena naksir ikhwan), pasti deh adem ayem. Kalaupun panas, ukuran panasnya nggak beda sama yang nggak pakai jilbab.
Pelan-pelan aja, deh. Misalnya, pas keluar rumah pakai paling nggak celana atau rok panjang plus baju lengan panjang. Kalo udah biasa berpakaian panjang, jalan-jalan mulai pakai kerudung. Ntar lama-lama juga terbiasa. Lagian, pas pelajaran Agama aja udah pada pakai jilbab, meski rok dan lengan bajunya pendek. Dipanjangin sekalian tuh, biar nggak wagu.
“Apakah kamu rela tubuhmu itu dipanggang api neraka karena kau perlihatkan kepada yang tidak berhak?!” (Kalimat itu saya duplikat dari Serial Akta 1:Kelelawar Wibeng: Jazimah Al Muhyi.)
Iyap betul sekali,,,
ReplyDeletesiap g siap jilbab itu udah kewajiban,, begitu juga dengan sholat,, masa' nunggu siap sholat baru sholat,, kapan sholatnya?
iya... apalagi sekarang jilbab kan udah menarik bentuknya, meski tetap menutup aurat dg sempurna
ReplyDelete