Header Ads

A Press Release: Penjelasan Segala Ke-"alay"-an yang "Dituduhkan" Padaku

Meski sebetulnya aku membenci kata "alay" dan segala variasi kelakuannya, ternyata banyak orang yang telak menjatuhkan pernyataan itu karena beberapa hal, wa bil khusus nama FB-ku yang memang sudah terkenal di kalangan teman-temanku. Dua pekan sebelum tulisan ini di-pubblishonce more, ada seorang yang dengan to the point-nya mengatakan, "Namamu yang nggak alay siapa?"

Sudah lama pula aku "dituduh macam-macam" atas dasar akun e-mail-ku yang lumayan banyak, setidaknya dua orang yang secara langsung menertawakan akun resmi e-mail yang kugunakan untuk keperluan surat-menyurat dan buat dimasukin di CV. Untuk menghindari disebut "munafik" karena bilangnya gak suka dengan yang alay-alay tapi beberapa nick dunia mayaku disebut "alay", maka dengan ini saya mencoba mengklarifikasi dan menggunakan hak jawab untuk menjawab semua tuduhan itu.


Kata Wikipedia tentang Alay

Mbak Wiki sih bilangnya gini (dicuplik yg penting2 aja ya):
  1. Alay merupakan singkatan dari "anak layangan" atau "anak lebay".
  2. Stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan.
  3. Merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian.
  4. Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup.
  5. Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan.
  6. Dalam gaya bicara, mereka berbicara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan.
  7. Alay merupakan sekelompok minoritas yang mempunyai karakterisitik unik di mana penampilan dan bahasa yang mereka gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas yang tidak terbiasa bersosialisasi dengannya.

Pembahasan lebih lanjut tentang alay bisa menjadi topik tersendiri dalam ilmu budaya, jadi sementara, informasi tentang alay cukup sampai di sini.


Nama akun "Lilo n Stitch"

*Seingatku, aku pernah bikin tulisan berjudul My First Two Halaqahs: Aisyah and Khadijah, tapi waktu dicari lagi gak ketemu juga. Di situ ada latar belakang yang cukup menjelaskan kenapa aku mengambil nama Lilo N Stitch.*

Semua ini berawal dari panggilan yang diberikan mas'ul halaqah-ku waktu SMP. Dia memanggilku, "Stitch," yang mendasarkan panggilannya pada kartun Lilo N Stitch (padahal seumur hidup, aku belum pernah tuntas nonton film ini). Di SMA, teman-teman sering memplesetkan panggilan dengan akhiran O: Dina jadi Dino, Vira jadi Viro, Iip jadi Iop, dan tentu saja, Lila jadi Lilo.

Waktu jamannya Friendster (FS), aku merasa orang paling kuper gara-gara sepertinya aku ini satu-satunya di antara teman-temanku yang gak punya akun FS. Penasaran apa yang dibincangkan orang-orang, aku membukawww.friendster.com dan mencoba membuat akun. Aku lupa kolom registrasinya tulisannya apa, kalau gak salah waktu itu aku mikirnya, nama lengkapku "Fadhila Fatma Pramasti" sepertinya kurang populer dibandingkan nama panggilan "Lila" atau yang diplesetin pakai O. Dan mengingat kebanyakan penghuni FS juga namanya lebih gak jelas dibanding yang akan kubuat, tahu-tahu aku kepikiran nama Lilo N Stitch. Jadilah itu nama akunku.

Baru saja aku menikmati kehidupan FS, bulletin board a.k.a. bulbo ramai menuliskan "Add akun Facebook-ku" dengan berbagai gaya penulisan, termasuk yang disingkat jadi FB. Di koran pun mulai ada pembahasan tentang perbandingan FS dan FB, salah satu analisis menyebutkan, FB mulai mengalahkan FS karena pengguna FB harus pakai nama asli sehingga kenalannya mudah mencari.

Ingin membuktikan analisis tersebut (karena waktu itu mikirnya, gimana caranya mesin gitu bisa tahu user pakai nama asli atau gak), sekaligus juga masih memakai alasan yang sama dengan pembuatan FS, aku memakai nama Lilo N Stitch. Ternyata toh FB gak tahu, kan? Hihihi...

Seiring perkembangan waktu, aku sempat risih dengan huruf "N" doang di nama itu, pengin dikasih apostrof biar lebih menjelaskan kalau N itu bukan singkatan nama melainkan bacaan singkat dari kata and. Dulu belum tahu kenapa, tapi berkali-kali aku menuliskan apostrof, berkali-kali pula di akun itu cuma muncul huruf N. Ya sudahlah, tak ambil pusing lagi.

Beberapa bulan sebelum kuliah, aku sempat mau mengubah nama akunku pakai nama asli. Berkali-kali dicoba,gagal maning-gagal maning. Seorang teman memberi tahu bahwa FB menolak penggantian nama akun lebih dari tiga kali. Dan aku pun memasuki bangku kuliah dengan menyandang nama itu, dengan akibat mereka yang lebih sering bercakap denganku di dunia maya menjadi lebih mengenalku dengan nama Lilo daripada panggilan yang diberikan orangtuaku, Lila.

Ternyata, kepopuleran nama Lilo beberapa kali mengalahkan nama Lila, dan dua nama panggilan itu mengalahkan kepopuleran nama Fadhila Fatma Pramasti di kalangan teman-teman sesama mahasiswa pada umumnya, dan aktivis-aktivis FT Undip pada khususnya. Meski sering juga timbul hasrat untuk ganti pakai nama asli, sepertinya nama Lilo N Stitch sudah menjadi branding tersendiri buat aktivis wannabe yang terkenal sadis dan (kadang) kritis ini.

Maka biarlah namaku tetap Lilo N Stitch (lagian biar gampang kalau mau nge-tag nama panggilanku, daripada dalam percakapan biasa manggil aku dengan nama lengkap), dan bagi yang penasaran sama nama lengkapku, bisa dilihat di profile-ku. Di sebelah nama Lilo N Stitch, udah dikasih dalam kurung kok... :D


Akun E-mail fafa_smpitcu

Seingatku, aku kenal internet kelas 5 SD. Waktu itu diajarin ibuku bikin e-mail walau gak tahu fungsinya apa. Akun pertamaku pun aku udah lupa, aku cuma ingat waktu semester dua kelas satu SMP, aku bikin akun namanya lilacahayaumat@yahoo.com. Tapi gara-gara gak ada yang bisa diajak kirim-kiriman e-mail, akun itu pun hangus, dan baru kuketahui waktu ada keperluan registrasi pakai e-mail. Aku pun bikin akun baru, fafa_smpitcu, memakai fasilitas dari yahoo.co.id dengan pertimbangan itu pakai bahasa Indonesia (belakangan nyesel juga, karena orang-orang sering salah menuliskannya .com, terlebih sekarang setelah aku pakai bahasa Inggris).

Kata fafa terinspirasi dari seorang guru yang mengusulkan nama itu sebagai nama penaku, singkatan dari Fadhila Fatma. Sedangkan smpitcu, mungkin ini yang paling dianggap alay oleh banyak orang, karena sekilas emang gak bisa dibaca dengan EYD. Tetapi karakter dan format yang tersedia untuk sebuah akun emang terbatas, padahal seharusnya kata itu dituliskan SMPIT CU, yang bermakna SMP Islam Terpadu Cahaya Ummat, nama sekolahku. Padahal biasa aja, kan, sebetulnya, jika seseorang mencantumkan instansi tempatnya bersekolah/bekerja pada saat dia membuat akun?

Tapi apakah setelah aku lulus SMP, aku harus bikin akun baru, fafa_smansangar misalnya? Atau setelah kuliah, aku harus bikin akun dengan nama fafa_siskom2010fafa_tsabitafafa_teknikundip, atau alternatif lainnya yang menggambarkan tempatku sekarang? Kurasa tak perlu, soalnya akun fafa_smpitcu sudah kupakai sejak lama, dan ada beberapa e-mail yang cukup penting di akun tersebut. Dan meski beberapa e-mail spam masih bisa masuk, akun ini menjadi satu-satunya akun yang paling bersih dari spam dan iklan yang sering masuk ke semua akun e-mail yang kupunya.  


Nama "Pena" fafa_akhwat

Jaman SMP, mungkin jamannya aku jadi ABG alias Akhwat Baru Ghiroh. "Terkungkung" di lingkungan sekolah IT yang jauh dari peradaban (dalam arti yang sesungguhnya, karena emang lokasinya cukup terpencil) selama 9 jam dari Senin-Jum'at ditambah 6 jam pada Sabtu, dan nyaris gak pernah berinteraksi dengan orang di luar lingkungan itu, membuatku gak tahu kehidupan dunia luar. Mungkin juga didukung oleh fakta bahwa badanku kecil sedangkan jilbab dari sekolah lumayan besar, jilbabku waktu itu "kegedean", lebih gede daripada aku sekarang. Meski sama teman-teman lebih banyak menggunakan bahasa Jawa, bahasa "resmi" di sekolah menggunakan kata-kata ikhwan, akhwat, afwan, syukron, de-el-el (jujur, waktu itu aku sampai gak tahu kalau di lingkungan Jawa seperti ini, istilah cowok-cewek udah biasa, padahal kupikir kayak gitu cuma dipakai di Jakarta dan sekitarnya, dan sampai sekarang bahkan gak tahu gimana caranya ngomong, "Afwan," ke temen-temen ammah).

Berbekal itu pula, aku lumayan sering masuk ke forum-forum diskusi di internet, bermula dari penemuan ibuku tentang topik di salah satu forum diskusi yang cukup melecehkan Islam. Memang gak semua topik gitu, tapi aku melihat kenyataan bahwa orang-orang berkata sesuai kehendaknya. Mencoba meluruskan, aku sempat emosi, sehingga susah habis itu setiap aku ngomong gak dianggap serius (sedih... T_T). Aku pun membuat akun baru, yang ternyata harus pakai e-mail berbeda.

Aku tetap pakai singkatan namaku, dan belakangnya aku ganti aja sesuai ghiroh waktu itu: akhwat. Banyaknya notifikasi dari akun beberapa forum yang kuikuti membuatku tak menjadikan ini sebagai akun resmi. Belakangan cuma dipakai untuk menyimpan file-file tertentu.

Ketika di KAMMI masuk Pershum dan mulai membuat beberapa tulisan berita untuk itu, aku mencari nama yang pas sebagai identitas penulis yang secara etis memang harus dicantumkan (walau cuma inisial atau nama pena). Di antara sekian banyak nama akun yang kupunyai, kupikir ini yang paling "normal" untuk dijadikan identitas. Sebetulnya gak memaksudkan sebagai nama pena, tapi berhubung salah seorang pembaca tulisan pertama untuk Pershum itu menanyakan, "Jadi itu nama penamu, Lil?" aku memutuskan untuk menggunakan nama itu (terkadang hanya "fafa") di setiap karya yang aku buat untuk lembaga: tulisan, desain pamflet/pin, atau video.

Ada dua kejanggalan pada penggunaan nama ini. Pertama, secara bahasa seharusnya nama gak boleh pakai karakter underscore (_).  Tapi aneh aja melihatnya tanpa simbol itu, jadinya aku belum berani menyebutnya sebagai nama pena, melainkan karakter identitas saja.

Kedua, nama akhwat itu sebetulnya bertentangan dengan karakter yang kutampilkan di kampus sebagai ikhwan wannabe. Hehe... Ini juga salah satu sebab aku lebih suka nama itu digabung pakai underscore daripada dipisah dengan spasi dan ditulis sesuai EYD.


Kesimpulan

Berdasarkan informasi dari Wikipedia, coba dibandingkan dengan penjelasan di atas:
  1. Anak lebay? Mungkin sedikit.
  2. Norak atau kampungan? Dalam arti tertentu, bisa dibilang iya deh...
  3. Berusaha menarik perhatian? Sebenernya gak juga... tapi kalau dibilang tulisan ini cuma berusaha menarik perhatian, ya silakan aja deh...
  4. Perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup? Silakan Anda menilai sendiri.
  5. Menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan? Secara umum saya rasa tidak.
  6. Berbicara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan? Tidak bisa dinilai dari tulisan ini.
  7. Penampilan dan bahasa yang mereka gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas yang tidak terbiasa? Kurasa, hanya dengan hal-hal di atas, tidak bisa disimpulkan bahwa aku alay. Aku tetap berpendapat bahwa tulisan yang bukan sekadar akun (status, note, tweet, dll) menggunakan kata-kata yang tak diperhatikan pembacaannya dan aturan dasar lainnya (misalnya salah ketik terlalu sering, kata depan penulisannya tidak dipisah dari kata berikutnya, imbuhan yang dipisah dari kata dasarnya) lebih alay dari sekadar menggunakan nama yang "aneh" (asal tidak menggabungkan beberapa kata jadi satu) atau kurang populer.


Saran
  1. Don't judge the book by its cover
  2. Meski menggunakan bahasa pergaulan/lisan, tetap perhatikan aturan dasar sehingga mudah dimengerti. Jangan juga menggabungkan huruf besar-huruf kecil ataumenggabungkan huruf dengan angka dan simbol, kecuali untuk keperluan desain.

No comments

Powered by Blogger.