Header Ads

Obituari: Pada Tahun Ke-61

Seorang lelaki mendekat. Mengaku kehabisan ongkos untuk pulang ke Wonosobo. Meminta sedekah dari orang-orang sekitar

Bukan modus baru. Banyak yang menolak karena menganggap itu penipuan. Banyak pula yang terjebak rasa kasihan sehingga memberikannya uang, yang entah digunakan sebagaimana akadnya atau tidak.

Bapak mengamati lelaki itu. Hatinya tergerak bersedekah, tetapi kewaspadaan pun tak luntur.

Dicegatnya bus jurusan Semarang–Purwokerto via Wonosobo, lalu berkata pada kondektur bus, "Mas, ke Wonosobo, ya." Tak lupa diserahkannya sejumlah uang, tarif perjalanan menuju kota tersebut, kepada si kondektur.

Bus menderum pergi, membawa lelaki yang tak diketahui kebenaran ceritanya.

Kalau si lelaki jujur, dia akan tiba di tempat tujuannya. Jika dia berbohong... setidaknya dia tidak mendapatkan keuntungan langsung dari kebohongannya.

* * *

Tak tega dengan seorang tetangga yang mengemis utang, Bapak memberikannya. Walau, santer di seluruh kampung bahwa si tetangga memang sering berutang. Mungkin memang bukan untuk bermewah-mewah, semata karena tak mampu mengelola keuangan dan kebutuhan.

Tak masalah bahwa si tetangga belum mampu membayar tunai utangnya. Namun, Bapak juga tak membiarkannya menanggung beban di akhirat nanti. Setidaknya, beban kepada Bapak.

"Sebagai gantinya, saya digratiskan saja kalau mau 'laundry' setrikaan di tempat njenengan."

Si tetangga menerima.

* * *

Bapak selalu punya cara unik untuk menolong orang. Memberikan pertolongan yang tepat dan cerdas sesuai kebutuhan yang disampaikan orang yang ditolong. Soal itu penipuan, pemerasan, dan sebagainya, biar itu urusan Allah.

Semoga Allah selalu menolong Bapak, ya, di tempat yang tiada lagi pertolongan kecuali dari-Nya. 


61 tahun sejak hari Bapak tiba di bumi.

2 comments:

Powered by Blogger.