Pembebasan Kota Mekah
Pembahasan terkait pembebasan kota Mekah (fat-hu Makkah) erat kaitannya dengan Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini dilatarbelakangi keberangkatan kaum muslimin ke Mekah berkat mimpi Rasulullah saw. bahwa beliau dan para sahabatnya memasuki kota Mekah dengan aman dan turunnya Surah Al-Fath ayat 27. Keberangkatan ini bertujuan untuk umrah, bukan berperang. Akan tetapi, datang seorang informan menyampaikan bahwa kaum kafir Quraisy sudah siap untuk berperang.
Singkat cerita, kedua belah pihak akhirnya memutuskan untuk berunding. Ada beberapa poin penting dalam kesepakatan yang disebut perjanjian Hudaibiyah ini.
- Kaum Muslimin bersedia menunda umrah ke Baitullah hingga tahun depan dan hanya diizinkan membawa senjata yang biasa dibawa seorang musafir, yaitu sebatang tombak dan sebilah pedang yang disarungkan.
- Kedua belah pihak sepakat melakukan perdamaian melalui gencatan senjata selama 10 tahun.
- Selama masa itu, jika kaum Muslimin datang ke Mekah, pihak Quraisy tidak berkewajiban mengembalikan orang itu ke Madinah. Akan tetapi, jika penduduk Mekah datang kepada Rasulullah di Madinah, kaum Muslimin harus mengembalikan orang tersebut ke Mekah.
Meskipun sepintas poin-poin tersebut tampak merugikan kaum muslimin sehingga sempat menimbulkan protes dari sebagian sahabat, Rasulullah saw. menerimanya.
Dalam perjalanannya, berbagai suku di jazirah Arab bergabung ke dalam kedua pihak yang menandatangani perjanjian Hudaibiyah ini. Bani Bakar memilih bergabung dengan pihak Quraisy dan Bani Khuza'ah bergabung bersama Rasulullah. Kedua suku ini sebelumnya memang saling berperang.
Tak lama berselang, Bani Bakar melakukan penyerbuan terhadap Bani Khuza'ah di wilayah sumber air milik mereka yang terletak di dataran rendah kota Mekah bernama Watir. Waktu itu, Bani Bakar dan kaum Quraisy bersekongkol menyerang Bani Khuza'ah dan menganiaya siapa saja yang dapat mereka tangkap. Serangan ini merupakan sebuah pelanggaran terhadap Perjanjian Hudaibiyah.
Mengetahui situasinya tidak menguntungkan, Abu Sufyan sebagai pimpinan kaum Quraisy berangkat ke Madinah untuk negosiasi ulang. Dia sempat menemui putrinya, Ummu Habibah, yang juga merupakan istri Rasulullah saw. Di sini, terjadilah peristiwa penolakan Ummu Habibah terhadap ayahnya yang hendak duduk di tikar Rasulullah saw.
Abu Sufyan kemudian menemui Rasulullah saw., meminta pembaruan isi Hudaibiyah dan memperpanjang masa berlakunya. Salah satu alasan yang diajukan adalah karena dia tidak hadir saat diadakannya perjanjian.
Rasulullah saw. kemudian bertanya, "Benarkah terjadi sesuatu dari pihak kalian?"
"Semoga Allah melindungi kami dari perbuatan itu," jawab Abu Sufyan. Dia tidak mau mengakui secara langsung pelanggaran yang dilakukan pihaknya.
Meski begitu, Rasulullah memberi jawaban tegas, "Kami akan tetap berpegang pada tempo dan perjanjian yang telah kita sepakati pada hari Hudaibiyah."
Abu Sufyan beralih menemui Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib, dan Fatimah binti Rasulullah saw. untuk meminta bantuan agar masing-masing orang ini berbicara kepada beliau. Akan tetapi, semuanya menolak. Abu Sufyan pun kembali ke kaumnya membawa kehampaan.
Di sini, tampak keteguhan Rasulullah dalam memegang perjanjian. Walaupun isi perjanjian itu sekilas terasa merugikan dan menyakitkan bagi kaum muslimin, nyatanya malah kaum Quraisy-lah yang terlebih dahulu melanggar kesepakatan tersebut. Tampak pula bagaimana kuatnya barisan kaum muslimin, ketika mereka bisa satu kata atas keputusan Rasulullah, bahkan celah kekeluargaan yang hendak dimasuki Abu Sufyan, yaitu melalui putrinya sendiri, sama sekali tidak berhasil menembus pertahanan kaum muslimin.
Rasulullah saw. sendiri bisa saja menawan atau membunuh Abu Sufyan saat itu juga, akan tetapi tidak beliau lakukan. Beliau memandang inilah saatnya untuk membebaskan kota Mekah, setelah terbebas dari ikatan perjanjian yang telah dilanggar sendiri oleh pihak musuh. Karena itu, beliau menyembunyikan sikap apa pun yang dapat membangkitkan semangat juang di hadapan Abu Sufyan.
Setelah kepulangan Abu Sufyan, berangkatlah Rasulullah saw. bersama kaum muslimin. Sedemikian ketatnya beliau merahasiakan keberangkatannya ini, sehingga awalnya kaum muslimin pun tak tahu hendak ke mana, mereka hanya taat ketika diperintah untuk bersiap-siap. Barulah kemudian beliau menjelaskan bahwa mereka akan berangkat ke Mekah dengan tetap menjaga rahasia gerakan mereka. Jumlah personal yang berangkat saat itu berjumlah sekitar 7.400 orang dari kaum Muhajirin, Anshar, Muzainah, Aslam, Juhainah, dan Bani Ka'ab bin Amr. Saat itu bertepatan dengan 10 Ramadhan.
Perjalanan ini sempat "terganggu" ketika salah seorang pasukan Rasulullah, Hathib bin Abi Balta'ah mengirim surat untuk memberitahukan kedatangan mereka kepada kaum Quraisy. Tindakan ini dilandasi kekhawatirannya karena keluarganya masih ada di Mekah. Akan tetapi, dia tertangkap oleh Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam. Umar mengusulkan untuk menebas lehernya, tetapi Rasulullah melarangnya karena Hathib merupakan veteran Perang Badar, sedangkan ada firman Allah berkaitan dengan para pejuang Badar, "Lakukanlah apa yang kamu kehendaki karena Aku benar-benar telah mengampuni kamu sekalian."
Masuk Islamnya Abu Sufyan
Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muththalib dan Abdullah bin Abi Umaiyah bin Mughirah bertemu rombongan Rasulullah saw. di Niqul Uqab yang terletak di antara Mekah dan Madinah. Keduanya berupaya menemui Rasulullah saw.
Abbas bin Abdul Muththalib bertemu dengan Abu Sufyan. Dia berkata, "Celakalah engkau, hai Abu Sufyan. Inilah Rasulullah dan bala tentaranya. Benar-benar celaka, orang-orang Quraisy besok pagi, demi Allah."
Abbas melanjutkan, "Demi Allah, sungguh, kalau dia sampai berhasil menangkapmu, pasti dia memenggal lehermu. Karenanya, memboncenglah kamu di belakang bagal ini, agar kubawa kamu kepada Rasulullah saw. dan aku mintakan jaminan keamanan untukmu."
"Kasihan kamu," tukas Abbas. "Masuklah Islam dan bersaksilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, sebelum dipenggal batang lehermu.
Abu Sufyan pun masuk Islam. Rasulullah bersabda atasnya, "Barang siapa masuk rumah Abu Sufyan, dia aman. Barang siapa menutup pintunya, dia aman. Barang siapa masuk masjid, dia aman."
Ketika Abu Sufyan beranjak pulang, Rasulullah saw. berkata kepada pamannya, "Ya Abbas, tahanlah dia di lembah sempit yang ada di sisi lereng bukit itu, sampai seluruh bala tentara Allah melewatinya, biar dia melihatnya."
Sebagaimana disarankan Rasulullah, Abbas menahan Abu Sufyan di lembah sempit di sisi bukit. Selanjutnya, lewatlah kabilah demi kabilah dengan mengibarkan panji masing-masing. Saat Rasulullah saw. melewati mereka, Abbas berkata, "Takkan ada seorang pun yang dapat menandingi mereka. Demi Allah, hai Abdul Fadhal, kerajaan sepupumu benar-benar telah menjadi besar sekali.
Abbas membantah, "Hai Abu Sufyan, sesungguhnya ini adalah kenabian."
"Ya, kalau begitu," tanggap Abu Sufyan.
Apa yang dilakukan Abbas pada hari itu sejalan dengan keinginan Nabi saw., yaitu agar Mekah menyerah tanpa harus diperangi, karena baliau tidak menginginkan pertumpahan darah di kota itu, agar hati seluruh penduduknya menerima kedatangan beliau dengan baik dan mereka siap untuk masuk Islam atas perlakuan yang baik, mulia, dan terhormat.
Demi terlaksananya tujuan utama, yaitu tidak adanya kesempatan bagi orang-orang Quraisy untuk bersiap-siap melakukan perlawanan, harus diadakan pameran angkatan bersenjata Islam di hadapan Abu Sufyan yang berada di lereng bukit. Dengan ini, dia akan putus asa untuk merencanakan perlawanan, lalu menyadarkan kaum Quraisy bahwa mau tidak mau, mereka harus menyerah.
Strategi Utama Rasulullah Menaklukkan Mekah
Ada dua langkah utama yang Rasulullah saw. lakukan untuk menaklukkan kota Mekah.
- Menyentuh hati panglima musuh dan menyerunya agar masuk Islam. Dengan ini, kekuatan kaum Quraisy akan lumpuh karena pemimpinnya telah menyerah dan masuk Islam.
- Menghancurkan mentalitas perlawanan yang ada dalam hati musuh, dengan disuruh menyaksikan sendiri iring-iringan bala tentara Nabi saq.
Memasuki Kota Mekah dan Berkumandangnya Azan di Ka'bah
Kaum muslimin memasuki kota Mekah melalui berbagai penjuru. Zubair bin Awwam bersama pasukannya masuk melalui Kadi. Sa'id bin Ubadah memimpin pasukannya masuk lewat Kada' di bagian atas Mekah. Pasukan Khalid bin Walid memasuki kota lewat Lith, di bagian bawah Mekah. Abu Ubaidah bin Jarrah membawa pasukannya menuruni kota Mekah mendahului Rasulullah. Rasulullah saq. sendiri masuk lewat Adzakhir, hingga akhirnya singgah di wilayah bagian atas Mekah, lalu mendirikan kemah di sana.
Beliau kini memasuki kota Mekah sebagai panglima perang yang menang, yang dihormati seluruh penduduk Arab setelah mereka dulu menganggap darah beliau tidak berharga. Beliau menundukkan kepalanya hingga janggutnya hampir menyentuh sabuk pelana untanya. Ini menunjukkan bahwa ketika beliau memasuki inti kemenangan, beliau justru merasa dirinya hanyalah seorang hamba Allah dan utusan-Nya, yang dikaruniai-Nya kemenangan. Jadi, kemenangan beliau ini bukan kemenangan personal atau berlandaskan balas dendam, tetapi kemenangan akidah dan kalimat tauhid.
Rasulullah saw. memasuki kota itu setelah adanya pernyataan terakhir bahwa kota itu menyerah. Tempat pertama yang beliau tuju adalah Ka'bah. Di sana, beliau melakukan thawaf tujuh kali di atas kendaraannya, lalu mengusap Hajar Aswad dengan tongkat beliau.
Rasulullah saw. memasui Ka'bah disertai Bilal, yang beliau suruh untuk mengumandangkan azan.
Pembersihan Ka'bah dari Berhala
Saat berthawaf mengelilingi Ka'bah, Rasulullah mengacungkan tongkat yang dipegangnya ke arah patung-patung yang diikat dengan timah di sekeliling Ka'bah seraya mengucapkan, "Dan katakanlah, 'Yang benar telah datang, dan yang batil telah lenyap.' Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." Setiap patung yang dituding wajahnya oleh Rasulullah saw. jatuh terlentang, sedang yang beliau tuding tengkuknya jatuh tersungkur pada wajahnya.
Di sini, ada perbedaan antara dua thawaf Rasulullah. Thawaf pertama yang baliau lakukan adalah pada Umratul Qadha', yang dilakukan sebagai pengganti haji yang gagal akibat peristiwa Hudaibiyah. Saat itu, di sela-sela dan segala penjuru Ka'bah penuh dengan 360 patung, tetapi beliau tidak bisa menyentuhnya apalagi menghancurkannya. Ini karena kedatangan beliau waktu itu merupakan kunjungan damai dalam proteksi dan persetujuan kaum Quraisy.
Sekarang, keadaan berubah. Beliau memasuki Mekah sebagai penakluk dan kota itu menyerah kepada beliau. Kota itu diperangi karena melanggar perjanjian. Jadi, saat ini, kekuasaan tertinggi ada pada beliau. Karenanya, yang pertama-tama beliau lakukan adalah menghancurkan patung-patung.
Sumber:
1. https://www.republika.id/posts/37445/dari-hudaibiyah-ke-kemenangan-nyata
2. Manhaj Haraki: Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi Saw., buku kedua, oleh Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban, diterbitkan oleh Robbani Press.
Perjuangannya luar biasa. Dari yang awalnya dirugikan perjanjian, berliku jalannya sampai kemenangan
ReplyDelete