Ketika Bosan Tilawah
Pernah nggak sih terbersit rasa bosan saat tilawah? Apalagi yang minimal one day one juz, yang bakal khatam paling lama sebulan, jadi setahun kira-kira khatam 12 kali. Belum lagi kalau Ramadhan sering nambah target.
Terus lama-lama mikir, setahun 12 kali baca ayat-ayat yang samaaaa melulu. Lama-lama bosan, dan akhirnya males tilawah. Yang dulunya bisa one day one juz, sekarang two day one juz, terus three day one juz, lanjut lagi one month one juz, ujung-ujungnya one year one juz.
Sejujurnya gw juga pernah merasakan kebosanan itu dengan kondisi iman yang masih fluktuatif gini. Mending kalau fluktuatif tapi di konsisten di level atas, lah ini naiknya cuma satu strip, begitu turun bisa 7 strip.
Dalam kondisi gitu, biasanya sudut hati gw mencela diri sendiri, "Ckck, baru juga baca sejuz sehari, udah bosen. Itu pun lu belum hafal-hafal. Ntar aja deh kalau lu udah hafal 30 juz sampe huruf-hurufnya, baru 'boleh' ngeluh."
Walaupun dalam hati gw juga tahu persis, bahwa ketika pun nanti gw udah hafal seisi Qur'an dan ngerasa bosen, gw juga bakal mencela diri sendiri lagi, "Baru juga hafal tekstualnya, udah ngeluh. Coba deh lu khatamin arti dan baca tafsirnya. Belum boleh berhenti tilawah kalau itu belum kesampaian."
Gw juga udah mempersiapkan celaan lain kalau udah khatam baca arti dan tafsirnya, "Level lu masih tiarap, Bro. Jangan stop tilawah kalau belum mengamalkan seluruh isinya."
Sampai sini, gw udah kehabisan alasan buat memaki diri. Di samping bakal butuh waktu bertahun-tahun untuk itu, dan seumur hidup pun masih akan kurang, seandainya bener-bener gw udah sampai tahap mengamalkan seluruh isi Al Qur'an, gw yakin gak akan merasakan kebosanan itu. Justru kebersamaan dengan Al Qur'an adalah sebuah kebutuhan, sebuah tanda cinta, bukan lagi rutinitas atau kewajiban.
* * *
Bagi sebagian kalangan, menargetkan jumlah bacaan Qur'an secara kuantitatif mungkin kurang tepat, bisa jadi karena lebih penting "tilawah yang rutin" daripada "tilawah yang banyak".
Tapi buat gw, jumlah kuantitatif itulah salah satu yang memaksa diri (setidaknya diri gw) untuk merutinkan bacaan Qur'an tiap harinya. Semakin tinggi target bacaan, semakin tinggi pula intensitas interaksi kita dengannya. Sebab dengan begitulah, kita (gw) akan selalu mengharuskan diri menyediakan waktu untuk tilawah, bukan tilawah hanya untuk mengisi waktu senggang.
Memang, gw juga gak men-standarkan semua orang harus sehari sejuz. Tetap disesuaikan sama kemampuan. Kemampuan bacaan, maksud gw. Kalau ngajinya baru sampai jilid 3, bisa setengah juz per hari menurut gw udah luar biasa. Tapi kalau yang udah lancar bacaannya sampai ke tajwid, makhraj, dan segala ilmu lain membaca Al Qur'an, sehari sejuz itu target minimal.
Gw jadi inget, kalau gak salah Ustadz Aher tiap hari tilawah dulu sejuz ba'da subuh. Ini bukan berarti bertentangan dengan teori gw di atas, sebab beliau seorang tokoh publik yang harus ngurusin seabrek kepentingan ummat, dan dengan memenuhi "kuorum" di awal hari adalah sebagai bentuk komitmen untuk tetap tilawah tiap hari sesibuk apapun. Ini "waktu yang disediakan" beliau untuk baca Qur'an, dan itu sebagai bekal untuk perjuangan seharian. Kalau pun sisa hari itu bisa tilawah, kan berarti lebih dari sejuz perhari.
Beda dengan kita, yang walaupun sama-sama ngerapel tilawah dalam satu waktu, biasanya kita tilawah di akhir hari, lebih karena males dan menunda-nunda sampai detik terakhir hari, dengan sisa-sisa tenaga pula. Apalagi sibuknya buat kepentingan pribadi dan duniawi.
* * *
Gw menulis ini bukan karena gw udah banyak tilawahnya. Justru, karena gw sering males baca Qur'an, gw berharap ini bisa jadi sarana diri buat NGACA! kalau mulai timbul kebosanan seperti yang gw ceritakan di atas.
huhu.. T.T *nampol bgt tulisannya lil
ReplyDelete