Tak Suka Calonnya, Jadilah Calon Itu Sendiri
Di salah satu pemilihan gubernur (pilgub), salah satu warga negara yang memilih golput menyatakan alasannya tidak mau bergabung dengan pesta rakyat itu adalah karena kecewa dengan calon gubernur yang ada. Menurutnya, tidak ada calon yang sesuai dengan harapannya, dan menganggap semua pasangan calon yang ada tidak layak untuk diberi suaranya. Siapapun yang terpilih toh akan begitu-begitu saja, tidak akan memberikan perubahan seperti yang dijanjikan.
Sebuah pikiran mendadak terlintas di pikiran saya, "Jika semua warga negara berpikir demikian, lantas siapa yang akan jadi pemimpin, baik itu bupati, walikota, gubernur, hingga presiden?"
Pikiran tersebut mungkin saja konyol dan kekanak-kanakan, tapi menurut saya ada benarnya. Seperti sebuah kisah yang menceritakan bahwa sang raja meminta seluruh rakyatnya agar tiap orang mengumpulkan satu liter madu dalam sebuah tong besar yang telah disediakan. Salah seorang rakyat berpikir, jika dia mengumpulkan air, toh tak akan ada yang tahu, masih akan ada banyak madu dalam tong itu. Pada hari yang ditentukan, tong tersebut dibuka dan raja mendapati bahwa tong itu berisi air. Ternyata, semua rakyat berpikiran sama seperti satu orang tadi.
Kembali pada masalah pilgub tadi, atau segala jenis pemilihan umum (pemilu) yang diselenggarakan di negeri ini. Jika tak ada yang mau memilih calon yang ditawarkan, jangan salahkan jika kemudian kursi kepemimpinan diambil alih oleh orang-orang yang hanya memikirkan diri dan kelompoknya sendiri. Jangan salahkan, jika berikutnya banyak keputusan yang tak berpihak pada rakyat, toh rakyat sendiri sudah tak peduli akan pemimpin mereka.
Pilih saja satu dari sekian calon yang ditawarkan. Memang tak ada yang sempurna, masing-masing pasangan calon punya kelebihan dan kekurangan, dan hak kita sebagai rakyat untuk mengingatkan jika mereka melakukan kesalahan. Lagipula, siapapun yang terpilih nanti, tak mungkin semuanya buruk, pasti ada kelebihan yang bisa membuat kita percaya akan kepemimpinannya. Maka pilih yang paling sedikit kekurangannya.
KPU sudah membuka lebar-lebar kesempatan untuk menjadi pemimpin, bahkan membuka jalur independen, tak hanya mereka yang berpartai yang boleh mendaftar. Kalau Anda punya pemikiran yang luar biasa hebatnya, yang tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kehidupan rakyat, mengapa Anda tidak mendaftarkan diri saja? Kalau Anda merasa bahwa calon yang ditawarkan KPU kepada Anda tidak cocok dengan selera Anda, kenapa Anda tidak datang dan membawa calon yang menurut Anda cocok?
Jika Anda pemuda, maka jadilah pemuda-pemuda yang peduli kepada bangsanya, yang punya pemikiran luar biasa untuk memberikan solusi bagi persoalan bangsa dan mengaplikasikannya. Jadilah pemuda-pemuda yang siap memimpin bangsa ini, agar bangsa ini tidak kehabisan stok pemimpin yang sesuai dengan harapan rakyatnya.
Kalau masih belum berkesempatan mendapatkan pemimpin yang layak menurut idealisme Anda, pilih saja satu yang terbaik. Selagi rakyat menunggu kehadiran pemimpin seperti Anda, jangan biarkan rakyat lebih menderita dengan pemimpin yang memiliki peluang lebih banyak untuk tidak berpihak pada mereka. Ikat saja para pemimpin itu dengan dukungan kita, agar mereka tak memiliki celah untuk memuaskan kepentingannya saja.
Istilah "pemimpin mengkhianati rakyat yang telah memilihnya" tidak akan berlaku jika tidak ada rakyat yang memilihnya, bukan?
Jika Anda pemuda, maka jadilah pemuda-pemuda yang peduli kepada bangsanya, yang punya pemikiran luar biasa untuk memberikan solusi bagi persoalan bangsa dan mengaplikasikannya. Jadilah pemuda-pemuda yang siap memimpin bangsa ini, agar bangsa ini tidak kehabisan stok pemimpin yang sesuai dengan harapan rakyatnya.
Kalau masih belum berkesempatan mendapatkan pemimpin yang layak menurut idealisme Anda, pilih saja satu yang terbaik. Selagi rakyat menunggu kehadiran pemimpin seperti Anda, jangan biarkan rakyat lebih menderita dengan pemimpin yang memiliki peluang lebih banyak untuk tidak berpihak pada mereka. Ikat saja para pemimpin itu dengan dukungan kita, agar mereka tak memiliki celah untuk memuaskan kepentingannya saja.
Istilah "pemimpin mengkhianati rakyat yang telah memilihnya" tidak akan berlaku jika tidak ada rakyat yang memilihnya, bukan?
(sekadar tumpahan pikiran di tengah tugas)
No comments