A Press Release: My New Blog
September 2012 sepertinya adalah hari terakhir aku menuliskan sesuatu di blog lamaku (poenyalielha.multiply.com). Itu pun tidak jadi aku post. Tulisan terakhir yang ada di situ kutulis Agustus 2012, hanya repost tulisan di FB. Beberapa tulisan yang ada sebelum itu hanyalah post tulisan waktu SMA. Terakhir kalinya aku benar-benar menulis yang memang ditujukan untuk blog (bukan media lain) ternyata 27 Juni.
Wow, hampir setahun tenyata!
Aku mengenal blog sejak SMP, ketika seorang kenalan memberikan alamat blognya. Waktu itu aku terkagum-kagum dengannya, karena bisa punya "web" sendiri. Tertarik, aku pun mencoba membuatnya sendiri, dengan alamat poenyaliela.blogspot.com. Pikirku waktu itu, sepertinya menyenangkan sekali orang lain bisa membaca tulisan-tulisanku. Beberapa catatan harian aku tulis di sana, walaupun jarang sekali.
Ketagihan dengan blog, aku membuat satu blog lagi yang difungsikan sebagai buku harian. Curhat-anku ada di sana semua, dan berhubung menggunakan nama samaran, aku sendiri lupa alamatnya apa. Bahkan saat mencoba browsing di Google juga belum menemukannya.
Lama tak pernah menulis lagi, aku pun melupakan blog itu. Mungkin juga lupa password. Tapi ketika aku buka blog itu, profil yang tertulis persis dengan yang pernah kutulis di FB. Padahal, aku baru kenal FB Maret 2009. Entah kalau aku pernah iseng buka lagi, mencoba mengaktifkan lagi, padahal tulisan terakhir di sana Maret 2006!
Waktu Pak Tafsir, kepala pertama SMPIT CU, ke Jepang, beliau memberikan alamat Multiply-nya sebagai salah satu sarana komunikasi. Tapi ternyata MP membatasi komentar hanya untuk mengguna MP, jadi aku bikin akun di sana.
Satu hal yang membuatku akhirnya fokus di MP adalah, MP membuatkan kolom terpisah untuk tiap jenis post: tulisan, foto, link, musik, video, agenda, bahkan review yang dibedakan dengan blogging, dan terbaru ada shoutout yang mirip status kalau di FB. Post jadi lebih rapi dibandingkan beberapa post milik pengguna Blogger atau Wordpress, yang masih memungkinkan semua post berjejer-jejer di halaman depan. Kekurangannya dibandingkan Blogger, misalnya, adalah user tidak bisa membuat menu baru, tapi ini pun bisa disiasati dengan tag.
Melalui MP pula, aku mulai belajar coding. Soalnya, setahuku, MP tidak menyediakan setting layout dengan GUI, kecuali cuma pindah-pindah kolom. Untuk mengubah background, warna, font, dan lainnya harus dengan coding. Dan ilmu kiro-kiro pun dipakai, karena aku mengira-ngira sendiri kode mana yang dipakai untuk mengubah yang ini.
Saking nyamannya di MP, terlebih malas ganti alamat yang selalu aku cantumkan dengan bangga di kolom website, aku enggan berganti blog. Terkadang memang ada rasa iri melihat teman-teman pengguna Blogger atau Wordpress mengganti penampilan blog mereka, sepertinya lebih bebas mengganti tema blog mereka. Entah aku yang kuper atau gimana, tapi lebih susah mencari template MP daripada Blogger. Apalagi ketika aku berkesempatan mengutak-atik template code untuk blog KAMMI Teknik. Bahasa yang digunakan pada kode blogger terasa lebih mudah.
Meski begitu, kenyamananku menggunakan MP mulai terusik dengan notification dari pengelola MP. Katanya, MP akan sepenuhnya mengalihkan fungsi untuk dagang, tidak lagi cocok untuk blogging. Notification itu bahkan mengultimatum user untuk berganti blog dan export konten dari MP ke blog lain sebelum 1 Desember 2012.
Pemberitahuan itu muncul beberapa bulan sebelum tenggat waktu tersebut, dan aku masih santai-santai saja karena merasa masih punya waktu lama. Baru sebulan menjelang deadline, aku mulai bikin akun baru di Blogger. Kendala terbesar adalah menemukan template yang unik, karena saking banyaknya user Blogger, khususnya di kalangan kenalanku, berbagai template yang bagus sudah dipakai.
Pertama kali menemukan template bagus, ternyata ada beberapa komponen yang tidak berfungsi. Lalu mencoba bikin sendiri pakai Artisteer, ternyata, di samping itu trial yang menyisakan watermark pada hasilnya, ketika mau dipasang malah rusak. Template berikutnya, lebarnya kurang, sehingga beberapa konten melewati batas. Kemudian dapat bagus, sudah mau "launching", ternyata aku kesulitan menghilangkan salah satu link yang ada. Link itu tetap ada di sana walaupun aku sudah mencoba menghilangkan lewat layout setting, dan ketika mencari kodenya, tidak ketemu. Daripada mengganggu pemandangan, akhirnya aku mencari-cari lagi, dan akhirnya, tampilan ketika tulisan ini di-publish lah yang dipakai.
Ketidaksesuaian desain itulah yang akhirnya menghentikan aktivitasku di dunia blog. Rasanya risih kalau ada orang yang membuka blogku sementara tampilannya masih kacau balau seperti yang kusebutkan di atas. Aku berusaha cukup puas dengan menulis note di FB, tapi ada perbedaan rasa yang cukup mengganjal. Sayangnya, tulisan ini bukan tempat yang tepat untuk menjelaskan perbedaan itu.
Belakangan aku baru menyadari, meski MP berubah haluan menjadi apa yang kusebut sebagai "jejaring dagang", ternyata sama sekali tidak menghilangkan konten yang ada. Bahkan masih bisa digunakan seperti biasa. Tapi, terlanjur membuat blog baru yang tampilannya lebih bagus, aku memutuskan pindah sekalian. Mengingat Blogger mengizinkan komentar dari yang memiliki akun Gmail, dan sebagian besar kawanku memilikinya, ditambah bisa di-set menerima komentar dari anonymous sekalipun, blog baru ini diharapkan lebih interaktif dengan pengunjung.
Sedikit unik dibandingkan akunku yang lain, yang kebanyakan menyertakan nama Lilo, Stitch, Fafa, atau bahkan nama asli, blog ini kuberi nama Habrul Mujadilah. Habrul, menurut Google Translate berarti tinta, diambil dari Habrul Ummah, julukan bagi Ibnu Abbas RA, yang bisa berarti tinta ummat, guru ummat, atau lautan ilmu umat. Saat kelas dua SMP, julukan kepada sahabat tersebut kuusulkan sebagai nama mading sekolah, salah satunya untuk sinkronisasi dengan nama SMP itu, Cahaya Ummat.
Sedangkan Mujadilah... idenya sih dari celetukan beberapa akhwat sospol di kampus untuk menamai wisma baru "Al Mujadilah" jika ternyata penghuninya adalah aktivis sospol. Nama itu diambil dari Surah Al Mujadilah, surah ke-58 dalam Al Qur'an yang diterjemahkan oleh Depag menjadi "Wanita yang Mengajukan Gugatan". Aku mengambil nama itu karena sesuai dengan sifatku yang sukanya mengajukan gugatan alias suka protes (hehe...). Terlebih aku juga pernah memiliki pengalaman menggugat mas'ul salah satu wajihah atas keputusannya (baik keputusan maupun gugatan itu berlaku untuk sepanjang kepengurusan, soalnya), dan ternyata dipenuhi. Belum lagi sifatku yang (kata orang) kritis yang membuatku selalu bertanya-tanya akan status quo, dan gregetan ingin mengubahnya (namun seringkali tak bisa, sehingga akhirnya cuma bisa protes tanpa jawaban), membuatku semakin "bangga" menyandang nama Mujadilah.
Maka, tulisan-tulisan pada blog Habrul Mujadilah ini diharapkan menjadi tulisan-tulisan yang menggambarkan realita (meski kadang berbentuk fiksi), yang aku lihat, dengar, dan rasakan, lalu menjadi penggugat atas segala keresahanku terhadap situasi yang ada. Semoga saja "tulisan tak penting" ini menjadi salah satu sarana untuk berjuang di jalan Allah.
No comments