Mengenang Bleki
2-month-old Bleki |
Udah setahun Bleki, one of my best cats, meninggal. Sekitaran jam ini pula, gw pertama kalinya tahu kalo dia akhirnya dipanggil Allah. Tapi rasanya belum bisa move on dari kenangan tentang dia. Adik-adik dan "kembaran"nya nggak ada yang sama kayak dia.
Udah setahun juga, pengin nulis full tentang dia. Beberapa jam setelah dia mati, gw udah sempet share tulisan sih di Instagram, hasil oret-oretan di WhatsApp saking galaunya, trus di-post di IG karena terlalu acak-acakan buat di-post di blog. Eh, 12 purnama kemudian nggak kesampaian. Ya udah, dalam rangka mengenang Bleki, gw repost tulisan di IG waktu itu aja, dengan beberapa perbaikan.
Bleki nemenin gw ngerjain TA, mukanya ditutupin karena malu
BLEKI
Kalau ada yang cari kucing buat iklan sampo, mungkin dia cocok. Bulunya hitam legam kayak rambut manusia habis keramas (ada semburat cokelatnya kalau kena sinar matahari). Berbeda dengan kucing lainnya yang bersuara meong, meow, atau transliterasi sejenis, Bleki cuma sampai pada vokal "me" dengan nada embikan kambing yang lebih rendah. Bisa dibayangkan? Kalau enggak, silakan direnungkan sendiri, deh. Yang jelas, begitu dia masuk halaman rumah dan bersuara, dari dalam rumah pun para manusia udah bisa menebak siapa yang pulang.
Dibanding saudara kembarnya, Louie yang pulang beberapa minggu sekali, Bleki termasuk kucing rumahan. Lebih sering di rumah, bahkan berkeliaran di dalam rumah. Pas udah punya adik, dia mulai sering pergi, tapi paling banter dua hari kemudian pasti pulang.
Di dalam rumah, dia juga sering nemenin gw menyelesaikan Tugas Akhir. Gw ngendon seharian di dalam kamar, di meja besar di sudut, sementara Bleki mendekam di kursi di belakang gw. Kalau nggak mengeong manja minta dielus, dia sering tidur di sana.
Saking sayangnya dia, pas ada giveaway makanan kucing, nama dia yang gw masukin di "formulir" pendaftarannya. Walaupun udah berbulan-bulan ditungguin, nggak pernah ada konfirmasi gw dapet giveaway-nya atau enggak.
Seminggu lalu, adik gw manggil dokter biar nyuntik "antivirus" buat para kucing. Macam anak SD yang takut diimunisasi, si Bleki malah kabur. Dicari ke mana-mana, nggak ketemu.
Beberapa hari kemudian, dia baru pulang dalam keadaan luka parah di leher belakang-punggung, nggak mau makan kecuali 2-3 suapan. Dengan lemas dia beralih ke depan kamar mandi, dan minum dari mangkuk kecil yang emang disediakan buat minum para kucing. Habis itu, dia pun masih lemes, trus gw pangku di tempat itu juga. Yang buat gw terharu, dia mengubah posisi sedemikian rupa sehingga seolah sedang meluk gw.
Khawatir karena beberapa hari Bleki kayak gitu terus, gw sama Bapak membawanya ke dokter pakai kardus (di rumah nggak ada keranjang kucing) yang udah dibolongin buat sirkulasi udaara. Sepanjang perjalanan naik motor dia berontak mau keluar, tapi ternyata cuma kepala yang nongol. Kayaknya dia emang butuh udara segar, dan nggak melakukan hal lain seperti berusaha kabur.
Kata dokter, Bleki terserang kutu, tapi bukan kutu luar yang kalau dimandiin aja bisa sembuh, dan nggak bisa langsung dikasih obat buat menghilangkan kutunya. Harus dipulihkan nafsu makannya dulu, katanya. Oleh dokter, dia cuma disuntik dan disarankan untuk disuapin madu atau susu.
Di rumah, Bleki nggak mau minum lebih dari beberapa tetes, padahal cairannya udah dipaksa masuk pakai sejenis suntikan.
Semalam (17/8/2017, ed.), gw suapin lagi. Dia malah tersedak. Setengah nangis, gw pangku dia, dan saat itulah gw bisa mendengar napasnya bunyi. Cakar depannya mencengkeram erat, tajam. Dengan firasat buruk, gw cuma bisa meluk dia, membisikkan kata-kata terima kasih dan maaf berkali-kali, dan pada akhirnya gw nggak tahan lagi dan meninggalkan dia di belakang kamar mandi (tapi masih di dalam tembok rumah) untuk ke kamar.
Jam 11-an malam, gw nggak berani ke kamar mandi, takut tergoda menengoknya, takut akan apa yang gw temukan. Setengah berharap, akhirnya gw sempatin lihat kondisinya, Dia membuka matanya sedikit membalas tatapan gw.
Subuh-subuh, Bleki udah kaku dan dingin. Mendadak gw mati rasa, hanya sedikit terhibur bahwa semalem gw masih sempet mengucapkan salam padanya.
Terima kasih, Kakak Bleki, kucing setia, yang berani bertarung melindungi emak dan adik-adiknya dari kucing asing yang mendekat. Maafkan nggak bisa merawatmu dengan baik. Aku melihat proses kelahiranmu, aku mungkin orang pertama yang kamu lihat saat itu, dan mungkin juga orang terakhir yang kaulihat di akhir hayatmu.
Bleki
10 Februari 2016–18 Agustus 2017
Setelah zaman Bleki, kucing-kucing mulai dilarang masuk rumah. Jadi, jujur aja, ikatan hati yang terjalin nggak sekuat waktu sama Bleki dulu. Dulu, udah biasa kalau manusia lagi tidur, tahu-tahu ada kucing cakar-cakarin kaki yang tertutup selimut. Cara ini biasanya lebih efektif buat bangunin gw daripada omelan ortu, hehe.... Pernah juga, pas udah malam (biasanya malam-malam kucing udah dibawa keluar) dan siap tidur, nggak tahunya di atas lemari ada kucing menggeliat. Rupanya si kucing udah tidur di sana lama banget dan nggak ketahuan.
Dan, you know what, beberapa waktu setelah si Bleki ini meninggal, giveaway yang gw ikutin itu baru ada kejelasan, dan paket berisi makanan kucing yang nggak seberapa itu tiba di rumah gw setelah melewati proses yang cukup rumit. Well, bukan rejekinya Bleki, ya?
Louie (kuning) dan Bleki berpelukan waktu tidur di kasur gw. Saking legamnya Bleki, nggak keliatan kan mana mata, mana hidung? |
Awal-awal kehilangan Bleki dulu, gw sempat bertanya-tanya: bisakah gw mendoakan Bleki? Kalau iya, doa apa yang tepat untuknya? Apakah kucing, kalau dia meninggal, juga akan menjumpai alam kubur? Ke mana dia akan berlanjut setelah dari dunia fana ini?
Lama kemudian gw akhirnya menemukan sebuah artikel, pada hari kiamat nanti, hewan akan menerima qishash masing-masing. Sepemahaman gw, bukan berarti hewan akan masuk surga atau neraka, tapi juga tetap akan menerima balasan atas perbuatannya. Allahu a'lam, correct me if I'm wrong.
Selanjutnya, gw selalu mendoakan Bleki semoga diringankan qishash-nya. Dan kalau Allah berkehendak sedemikian rupa sehingga hewan bisa masuk surga, semoga kita bisa ketemu di surga, ya, Bleki.
* * *
Epilog
Dua bulan setelah meninggalnya Bleki, si Emak melahirkan lagi, salah satunya berwarna hitam. Gw namain dia Bleki juga, dan otomatis, Bleki yang sudah tiada ini menyandang nama Bleki I (baca: Bleki the First) a.k.a. Bleki Senior, sedangkan yang lebih muda jadi bernama lengkap Bleki II (baca: Bleki the Second) a.k.a. Bleki Junior. Tapi masih aja, Bleki II ini beda banget sama Bleki I. Sama-sama kucing rumahan sih, tapi masih lebih jagoan Bleki I.
i really know what it feels..
ReplyDelete*ndaknangisndaknangis ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Siapin tisu
Delete