Catatan Hati Seorang Veteran: Masih Jaman TA?
Veteran, istilah paling sopan untuk menghormati mereka yang masih "hidup" meski sudah menjadi warga kampus lebih dari 4 tahun. Gue salah satunya, meskipun dengan beberapa alasan yang gue rasa bisa menghebohkan dunia persilatan kalau gue ceritain. Lagipula, bukan tentang sebab-sebab itu gue ingin menulis sekarang, tapi tentang satu fenomena bernama "kekompakan".
Selama gue jadi mahasiswa Teknik, yang paling ditekankan di fakultas ini emang satu kata: kompak. Sejak maba "ditekan" oleh senior dengan harapan bisa kompak sampai akhir hayat, dan gue akuin kalau masa kaderisasi (oleh orang luar sih, lebih dikenal dengan nama "ospek") menciptakan kekompakan tersendiri di antara angkatan gue. Tapi secara pribadi, gue rasakan kekompakan itu ya cuma sampai di situ, dalam arti semakin ke atas, kekompakan itu mulai memudar, nggak sekompak waktu maba. Bukti sederhananya aja, waktu masih maba, kita semua ambil mata kuliah yang sama persis, mengalami suka-duka kuliah dan praktikum bersama, tapi semakin besar angka semesternya, semakin "egois" menentukan mata kuliah tambahan yang diambil, "egois" dengan mulai ngerjain TA di saat yang lain masih keteteran dengan paketan wajib kuliah, dan dengan santainya mengikuti wisuda di saat banyak teman lain masih sibuk berusaha menyulap nilai C ke bawah supaya jadi A atau B. Haha...
Sementara itu, menjadi veteran ternyata membangkitkan nilai kekompakan yang sempat hilang. Rasanya bahagia banget kalau ada teman lain yang juga ngulang mata kuliah yang sama, karena itu berarti setidaknya ada kawan sejawat yang bisa ditanyain dan dimintain bantuan kalau ada tugas, misalnya. Sebetulnya, kalau udah punya link yang baik dengan "junior" di kelas yang bersangkutan, masalah itu nggak terlalu signifikan, tapi kadang gengsi menyebabkan para veteran ini ketinggalan banyak info seputar itu. Karenanya, keberadaan teman seangkatan berarti memiliki kawan seperjuangan yang senasib-sepenanggungan. (Duh, bertele-tele banget yah bahasannya?)
Intinya, sesama veteran biasanya akan: (1) sekelompok dalam tugas, (2) saling bertanya ada tugas/nggak, (3) saling kasih info dosennya masuk/nggak, (4) saling pinjam catatan, (5) saling titip absen kuliah, dan (6) saling "berbagi jawaban" saat ujian. Dua hal terakhir merupakan hal paling "menggelikan" yang pernah ada, sementara kuakui aku sangat sering melakukan no 1-4.
Masalah definisi dan sikap gue terhadap titip absen alias TA nggak akan gue bahas terlalu panjang, karena gue pernah menuliskannya 3,5 tahun lalu (innalillah, ternyata udah lama banget) di sini. Mungkin satu hal yang belum gue ceritakan, pada waktu kurang lebih sekitar gue nulis artikel itu, gue pernah nggak masuk kuliah, tapi herannya tanda tangan gue nongol di kolom tanda tangan nama gue pada hari itu. Pada kesempatan pertama, gue ke TU, minta berkas absen itu, dan menyilang tanda tangan gue sembari bertanya retoris ke salah satu pegawai TU kenapa bisa ada tanda tangan gue padahal gue nggak masuk. Mbaknya sih cuma ketawa dan jawab mana dia tahu, gitu intinya.
Di sisi lain, salah satu dosen pernah bikin status FB, bahwa mahasiswa yang ketahuan TA maupun di-TA-kan langsung dapat E. Gue nanya, gimana kalau kita gak minta TA, tapi ada temen yang kasih TA, tanpa kita tahu? Beliau sih cuma menambahkan emot ketawa di akhir jawaban beliau yang gue artikan: itu sih derita lo. Wah, parah banget kan kalau gue, yang seumur hidup gak pernah minta TA, ternyata ada yang TA-in gue.
Sebelum-sebelumnya gue juga sekali-dua kali nggak perlu tanda tangan sendiri. Kalau gue tahu gue hadir di ruang kuliah, gue sih nggak masalah. Atau juga kalau kehadiran dihitung dari pengumpulan tugas, dan gue udah ngumpulin tugas, gue masih toleransi. Tapi kalau gue nggak datang atau nggak ngumpulin tugas, tapi tanda tangan gue muncul di kolom kehadiran hari itu, kadang gue males menginvestigasi siapa yang berani TA-in gue, soalnya seringnya nggak ketahuan juga. Ujung-ujungnya, gue cuma niteni jumlah tanda tangan gaib itu muncul, dan secara pribadi gue anggap itu udah silang merah, makanya gue tetep berusaha memenuhi syarat minimal 75% kehadiran. Jadi, misal ada 2 tanda tangan gaib, maka gue anggap kesempatan bolos gue tinggal sekali doang. Well, kecuali karena sakit, dan ini emang diizinkan asal bisa menyertakan surat dokter. Gitu pula yang terjadi saat gue udah veteran gini. Malah, ini terjadi di hampir semua mata kuliah yang gue ikutin, yang gue punya temen veteran di sana. Padahal, bisa dibilang sesama veteran itu bukan temen yang cukup dekat dengan gue (lagian, temen terdekat gue di jurusan nggak bakal ada yang TA-in gue, apalagi yang paham betul sikap gue terhadap TA), sedangkan TA biasanya dilakukan oleh dua pihak yang emang udah akrab.
Tulisan ini sendiri terpicu oleh TA terakhir di semester ini. Salah satu mata kuliah diputuskan dosen yang bersangkutan untuk tidak diadakan ujian akhir, karena tugas besar yang diberikan sebelumnya dianggap sebagai pengganti ujian, tapi mahasiswa tetap harus tanda tangan pada jam sesuai jadwal. Alasan sang dosen, kalau datang ujian beneran, kan nggak boleh tanda tangan di luar jam yang sudah dijadwalkan. Mata kuliah itu sendiri memiliki jadwal UAS jam 8:00-9:30. Awalnya gue sempet punya pikiran, kalau sistemnya kayak gini, boleh nggak ya kalau gue TA? Kan gue juga udah ngumpulin tugas. Tapi kalau dosennya membatasi jam sesuai jadwal, kan harusnya gue datang, karena ini sama dengan ujian? Oke, gue berangkat.
Gue udah terburu-buru dari rumah karena ada satu hal yang harus diselesaikan dulu sebelum berangkat, walhasil gue baru berangkat jam 8. Perjalanan ke Tembalang kalau lancar sih 40-45 menit, tapi yang bikin lama itu biasanya nunggu kendaraannya, jadi biasanya butuh waktu sekitar 1 jam. Gue bahkan mengabaikan sarapan meskipun cuma sebungkus jajanan, takut ketinggalan BRT (yang selisihnya 10 menit). Sampai di kampus, jam 9 lebih beberapa menit. Gue tanya ke TU, katanya lembar presensinya udah dibawa dosen yang bersangkutan ke ruangannya. Gue menyusul, udah deg-degan kalau dianggap di luar batas waktu, mengingat kadang waktu ujian bisa lebih singkat dari jadwal. Tapi ini kan nggak dikasih tahu sebelumnya, gue cuma ikut jadwal.
Sampai di ruangan, dosen menyilakan gue tanda tangan. Gue baru inget nggak bawa bolpen, dan rada nggak enak waktu minta izin pinjem ke dosen. Untung beliaunya kayaknya lagi terbagi pikirannya, jadi gue ambil aja bolpen yang ada di meja itu. Gue buka lembar presensinya dan mencari nama gue untuk mendapati bahwa tanda tangan gue udah berubah! Haha... maksudnya, di kolom tanda tangan gue udah ada isinya, dan tanda tangan itu jelas lain dari tanda tangan gue.
Sedikit dongkol dalam hati, karena udah jauh-jauh berangkat, dan ongkos Ungaran-Tembalang juga hampir 10.000 sendiri sekali jalan. Dan itu dibolehkan! Maksud gue, mereka nggak mempermasalahkan atau gimana, padahal tanda tangan gue jelas banget beda dari tanda tangan gue di presensi-presensi lainnya. Apa nggak mencolok banget kalau gini? Herannya, mereka cuek aja gitu!
Gue pun kembali ke Ngesrep sambil memikirkan fakta bahwa pihak jurusan nggak terlalu teliti dengan masalah ini, lantas gimana caranya menghindari TA di kalangan mahasiswa?
Sebelumnya pernah ada satu orang yang minta TA ke gue, sampai 3 kali berusaha nelpon segala, tapi sengaja nggak gue angkat, SMS-nya juga nggak gue bales.
* * *
How about the other TA, Lil? The "Tugas Akhir" one, the final project.
Well, hope soon! -___-
No comments