Milad Mbak Nita
Kamis, 15 April
Nayla iseng membuka akun Facebook-nya. Seminggu ini tugasnya menumpuk, tak sempat hanya sekadar online seperti yang biasa dilakukan Caca. Kalau dirata-rata, Nayla baru bisa mengurusi akunnya sekitar lima hari sekali, itu pun disambi mengerjakan tugas. Sementara Caca sepertinya tidak bisa hidup tanpa Facebook. Tiap hari update status, meski itu hanya lewat ponselnya.
Malam ini, Nayla pun membuka Facebook atas permintaan Caca. Ada kabar seru, katanya.
"Kabar apaan, sih?" tulis Nayla di SMS ketika Caca memintanya.
"Lihat aja di event ulang tahun," balas Caca.
Nayla mengabaikan 20 notification yang muncul di Facebook-nya, langsung mencari apa yang disuruh Caca. Tidak ada yang istimewa. Ketika Nayla mengarahkan kursor ke bawah, barulah dia menemukan apa yang pasti dimaksud oleh teman satu kelompok mentoringnya itu.
Kamis, 22 April, ternyata Mbak Nita berulang tahun.
Berarti seminggu sejak hari ini, batin Nayla.
Jarinya pun segera mengetikkan chat message kepada Caca yang seperti biasa juga sedang online.
"Aku tahu apa yang kamu maksud. Tentang ultah Mbak Nita itu, kan?"
"Yap," sahut Caca juga lewat chatbox. "Gimana kalo kita bikin surprise buat Mbak Nita?"
"Surprise apaan?"
"Apa aja deh... Misal kita kasih kado gitu... trus sebelumnya dikerjain dulu..."
"Aku nggak setuju kalau harus ngerjain Mbak Nita dulu. Kan dia mentor kita. Nggak sopan ngerjain orang tua."
"Haha... terserah Ibu Koordinator saja. Yang jelas, kita harus kasih sesuatu buat Mbak kita itu."
"Oke deh, nanti kita bicarakan dengan teman yang lain."
Setelah sepuluh menit menyempatkan diri membuka notification-nya, Nayla pun mencabut modem dari laptopnya. Modem pinjaman teman sekamarnya di kos.
* * *
Jum'at, 16 April
Di teras kampus, kelompok mentoring yang menamai diri Firdausi itu berkumpul. Syuro dadakan, begitu istilah Nayla sang koordinator kelompok. Dalam syuro itu, Nayla membicarakan apa yang disarankan Caca semalam.
"Jadwal mentoringnya bisa kita undur Kamis nggak?" tanya Dita.
"Jangan," sergah Tiara. "Terlalu kentara kalau kita minta mentoringnya diganti Kamis."
"Lagipula, Mbak Nita bilang, Rabu harus ke Jogja. Katanya ada seminar apa... gitu, dan Mbak Nita berangkat sebagai delegasi jurusannya," Arifah memberikan informasi.
"Jadi tetap Selasa, nih?" tanya Nayla.
"Nggak apa-apa, deh," sahut Caca. "Biar Selasa besok, kita kasih kado buat Mbak Nita."
Setelah semua sepakat. pembicaraan pun beralih pada masalah teknis. Nayla berangkat bersama Dita mencari jilbab sebagai kado untuk Mbak Nita, Arifah yang membuat kartu ucapan. Urusan pembungkusan kado diserahkan pada Dita yang terkenal rapi dan kreatif dalam membungkus kado.
* * *
Mbak Nita adalah pementor yang spesial, setidaknya begitulah yang dirasakan anggota Firdausi. Tak pernah sekalipun menyampaikan materi dengan metode ceramah, beliau selalu mengajak mereka bercerita, jalan-jalan, menganalisis alam, dan cara asyik lain yang membuat mereka mendapatkan banyak hal tanpa harus merasa dikuliahi. Bahkan Tiara, yang awalnya cukup takut dengan mentoring, merasa bahwa mentoring itu ajaran sesat dan menyimpang, belakangan selalu menanyai Nayla kapan mentoring lagi.
Tidak jarang Mbak Nita memberi kejutan untuk Firdausi. Waktu mentoring dilaksanakan setelah kuliah Olahraga, Mbak Nita mentraktir mereka es teler di kantin. Waktu Arifah bilang butuh sebuah diktat yang orangtuanya tidak mampu membelikannya, bahkan sekadar fotokopi, Mbak Nita memberikan diktat yang dibutuhkannya, dan meski bukan diktat baru, Arifah sangat berterima kasih karena dengan itu dia bisa lebih mudah memahami materi kuliah. Juga ketika tiba hari milad Tiara, Mbak Nita memberinya kado berupa rok panjang putih, warna favorit Tiara.
Sejak pertama kali dibentuk kelompok mentoring oleh senior mereka pada awal-awal menjadi maba, rekomposisi kelompok belum pernah menyentuh mereka. Kelompok lain sudah dua kali dirombak karena kebanyakan tidak aktif mentoring, tapi kelompok Firdausi sudah meraih penghargaan sebagai kelompok mentoring yang paling rajin. Liburan semester pun mereka tetap minta diadakan mentoring. Untuk mengatasi hambatan jarak tempat tinggal yang berjauhan, Caca mengusulkan mentoring via online. Mbak Nita menyetujuinya atas kesepakatan kelompok.
Tidak heran kalau pada milad Mbak Nita, para Firdausi itu ingin memberikan sesuatu untuk mentor mereka tercinta.
* * *
Selasa, 20 April
Sebelum berpisah, seperti biasa Mbak Nita menyalami Firdausi satu per satu, saling menempelkan pipi. Ketika itulah, mereka semua membisikkan ucapan, "Met milad," di telinga beliau. Mbak Nita sempat terlihat terkejut menerimanya.
"Mbak kan lahirnya 22 April," kata Mbak Nita dengan nada protes, tapi masih sambil tersenyum ramah.
"Kan besok kita nggak sempat ketemu Mbak Nita," jawab Tiara.
"Iya, Mbak besok sudah berangkat ke Jogja," kata Mbak Nita.
Nayla angkat bicara, "Makanya, Mbak, kita kasih kadonya juga sekarang ya." Dari tasnya, dia mengeluarkan kado yang terbungkus kertas berwarna hijau.
"Masya Allah... makasih banget, Dik," ujar Mbak Nita. Kemudian dengan nada bercanda, "Mbak buka sekarang, ya."
"Jangan," seru Caca dan Tiara serempak.
Mbak Nita berkata, "Makasih ya, Adik-adikku. Jazakillahu khair. Tapi Mbak takut, kalau Mbak ternyata nggak sempat bertemu sang mentari di hari milad Mbak."
"Jangan bilang begitu lah, Mbak," protes Caca. "Katanya setiap ucapan adalah doa?"
Mbak Nita tersenyum.
* * *
Rabu, 21 April
Dosen sedang menerangkan ketika HP Nayla bergetar. Diam-diam dia membuka SMS yang masuk. Dari Mbak Afifah, sekdepnya di Rohis fakultas.
"Berita ukhuwah. Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun. Telah berpulang ke Rahmatullah saudari kita, Ukhti Febrianita, pagi ini jam 9.00 di rumah sakit di Magelang, karena kecelakaan dalam perjalanan ke Jogja. Semoga Allah menerima amal ibadahnya."
Apa yang dikatakan dosen dan obrolan pelan beberapa teman di sekitarnya tak terdengar lagi oleh Nayla. Pikirannya mendadak kacau dengan kabar yang baru dibacanya ini. Masih teringat jelas mentoring yang berlangsung kemarin... Senyum Mbak Nita yang menenangkan... dan ingat kata-kata Mbak Nita, "Mbak takut, kalau Mbak ternyata nggak sempat bertemu sang mentari di hari milad Mbak."
Jarinya bergetar ketika meneruskan SMS itu kepada kawan-kawannya sesama Firdausi. Di akhir SMS, Nayla menambahkan, "Ternyata memang Mbak Nita tidak sempat menemui miladnya..."
Dua hari kemudian, para Firdausi mengamati foto-foto Mbak Nita ketika dibawa ke rumah sakit. Jilbab yang berlumuran darah itu berwarna hijau... jilbab yang dihadiahkan Firdausi sehari sebelum Allah memanggilnya.
No comments